Penyejuk hati

Derita

Selama jiwa masih bersih
Rasa kasih tiada tersisih
Selama hati terbalut lumpur
Rasa syukur hancur melebur

Aku menahan menapak di atas seribu duri
Kau kusanjung kupuji setiap hari
Namun, tiada terasa suka gembira
Lontaran kata tak tertata semakin nyata

Bahwa ketika kau bersumpah akan mandiri
Aku akan mundur teratur
tak mau jatuh tersungkur (28.5.09)
Senja
Senja mengantarmu dalam cengkeraman iman
Malam menyapamu penuh pesona rasa
Bulan bintangku mengantar ke ruang peraduanmu
Hingga larut di dalam ujung mimpiku.

Ketika malam mulai kelam,
Doa pujiku mengendus tembus di ulu ranting-ranting nafas indahmu.

Ternyata sapa menyapa,
Hati berseri,
Menambah tabah dalam jiwa ini.
(8.6.09)

Pagi Sepi

Pagi sepi sendiri tiada mentari,
Angin dingin merintang lengang
Membuka duka menelan derita
Menahan beban membayang sayang.

Pagi ini hatiku sepi,
Menggores rasa menelan luka,
Suara ceria tiada
Sepatah kata pun sirna.

Senyemu meranum ingin kukulum,
Setitik cantik ucapmu ingin kupetik
Namun, tulus hatimu terhapus,
Tinggalkan kenangan sebal mengganjal

Ketika hati ini ingin memuji
Engkau semakin tinggi hati
Ketika aku ingin berkata,
Engkau semakin menebar duka
(10.10.09)

SEKERAT SUARA

Sekerat suara hati tersirat
Secoret kata hampa tertata
Meloncat cepat ingin mendekat
Mengisi puing-puing hati sepi

Meski kenari menari-nari
Meski gelatik cantik melirik
Namun, ranting-ranting rasaku rapuh meluluh
Menahan beban meratap gelap,
Kalbu seribu merindu

Ketika rasa gembira terjaga
Terasa bahagia di taman surga
Ketika pujaku setia menunggu
Hasrat kuat ingin menyatu.
(24.6.09)

Senja tiba

Senja tiba menyiksa rasa,
Rinduku membelenggu kalbu,
Menerawang kenang di balik petang,
Menyencang bayang mengenang kembang.

Berselimut kabut lembut membalut,
Menyiksa rasa menguras derita.
Saat senja tiba derita menyiksa sejuta rasa,
Bahwa hanya suaramu yang mampu meramu,
Bahwa hanya tulisan yang bisa mengesan (24.07.09)

Kumpulan Puisi

Tangis Malam

Angin malam berhembus pelan
Membelai jiwa sepi menahan
Merindu suara menjaring berita
Mengingat kuat terasa melekat.

Meski gumpalan hati menangis sepi
Ungkapkan diri ingin memuji
Mengemban diri menjerat kuat hati nurani
Ingin menutup tabir penuh mesteri.

Malam kelam mulai tenggelam
Kini aku sepi sendiri.
Meniti hari pagi
Merajut lembut ingin menyambut
Mengisi tangis meringis
Menunggu setetes kasih Illahi.
Melayang bayang
meraba bahagia
mendesah susah menggapai mimpi.

Hari-hari ini aku menumpuk sejuta coba
Aku ingin melangkah lirih tertatih
Semakin terasa melekat letih
Ku ingin mencoba meraba gahagia
Bisakah kurasa?
Bahwa Tuhan maha bijaksana! (23.03.09)


Napas Pagi

Napas melepas senyum meranum,
Mencoba menyapa memuji hati
Merindu kasih,
Mengusir sedih menghalau sendu,
Ingin mendekat erat
Menebar puji Penembus hati.

Pagi ini aku bicara sendiri,
Meniti lembaran hati sepi,
Menulis puisi mengurai diri,
Mendekap sikap memeluk ilusi.

Meski bayang terang terbang mengawang,
Pujiku tiada habis terkikis,
Menyuka doa,
Melempar khabar,
Menghembus tembus,
Merekah di celah-celah pusar relung hatiMu
(6.4.09)

Bisik Hati

Bisik hati suci mengalir pasti,
Menyusur antara reruntuhan puing-puing pagi,
Mengusir sepi membelai diri
Mengisi puji mengiring nurani.

Aku selalu menghubung sanjung penembus jantung,
Aku setia mengikat kuat menjaga semangat,
Aku berani melempar khabar segar menggelegar
Namun jiwa ini sedih perih merintih.

Ketika bisik hati berduri
Bayangmu kuhampiri
Ketika rasa menggelora
Doaku untukmu tiada tara.
(14.04.09)

Bulanku

Bulanku cemberut kecut tertutup kabut,
Ceriamu suram muram berselimut awan.
Bayangmu terbang hilang melayang,
Swaramu membisu di antara alunan nada-nada merdu.

Meski rembulan tiada tampan,
Bintangmu nyata menghias angan,
Meski sinarmu tiada rupa
Aku sendiri masih setia merajut sapa.

Aku masih percaya meski rembulanku tak mau bicara,
Setitik ujung hati ini masih ingin menebar puji dan janji.

Namun ketika sapaku kau jadikan sampah,
Aku bersumpah:
Bahwa jiwaku semakin tabah
(14.04.09)

Senja

Senjaku menjelang beradu
Awan menghilang terang menghadang
Namun desah susah membeku dalam pasungan kaku
Menahan dahan kalbu kelabu
Jatuh tersimpuh peluh mengaduh
Setangkai hati terasa mati

Mentariku tertutup kabut lembut
Aku sedih mendidih
Jiwa ini menepi di senja sepi
Menunggu sapa tawa pesona
Menjala rasa bahagia raya
Menanti tetesan kesan suci penembus hati sejati

Ketika aku bicara tertata dalam kata
Dirimu diam seribu bahasa
Ketika aku dirundung duka
Aku masih setya memuja

Bahwa bagiku rangkaian kata-kataku
Adalah cermin jiwa ragaku
(16.4.09)

Puji sejati

Lewat percikan hati nurani
Gerakkan ujung ibu jari menjadi
Kalimat cermat tertata rapi
Melempar segar puji sejati

Meski mentari bingar menyinar
Swara kalbuku membeku kaku
Merenung menyanjung setinggi gunung
Ingin menuntun hingga ujung citamu

Ketika ada rasa gembira
Doaku mengalir setiap waktu
Ketika ada rasa derita
Dirimu sebagai penyejuk kalbuku

Bahwa usaha adalah derita
Harapan adalah jembatan
Yang selalu melintang membentang di angan panjang
(18.4.09)

Mengantar

Petang menghadang rintang,
Bisik mengusik kolong kalbu,
Senyum bisu menjemputmu
Tegar mengantar menyatu padu

Dalam segenggam ragam
Ku sanjung Kau ke ujung cita-citamu
Dalam ikatan niat kuat
Semoga menggelora tekat semangat

Meski hati lara terluka
Tiada henti merintih memuji
Demi impian yang kau daki

Bahwa sikap rendah hati
Tidak mengkianati,
Mengemban toleransi,
Adalah aktualisasi jati diri (21.4.09)

Ingin menyapa

Senja berselimut awan
Tetes hujan mengerang kesakitan
Samar-samar bunyi menggelegar
Mengiring kau dalam dekapan malam

Suara adzan menggema ria
Suara hatiku menyuka puja
Menanam iman dan taqwa
Ingin menyusup antara celah-celah rasa setia.

Ketika suasana suka biasa
Slalu ingin dekat erat melekat
Ketika kecewa menyeret luka
Hati ini ingin slalu bebas bicara

Bahwa ternyata semakin nyata
hati ini murni slalu ingin menyapa
(8.05.09)

Kata hati

Sabtu kelabu aura setiaku menunggu
Di antara puing pintu rasa membara
Merasuk di celah-celah gelisah hati merekah
Menjemput kabut lembut di ujung angkasa rasa

Saat perkutut bersaut menyebut namamu
Ingat akan penembus hati sejati
Saat gelatik melirik lengkit cantikmu
Semangat kuat mendekat jiwamu tiada henti

Di ujung jantungku menyanjung setinggi gunung
Di ujung hati ingin memujimu sampai mati
Di kutub kalbuku menderu puji seribu
Di akhir pikir mengalir menyejuk taman impianku
(9.05.09)

Merenda rasa

Merenda rasa ungkap derita,
Menuju nyali puji sejati
Jiwaku semakin terasa nyata
Tak rela pisah penembus hati

Tangis hati bengis mengiris
Semangat kuat mengikat niat
Menyongsong puji tiada henti
Ingin melihat, mendekat, bercanda setiap hari

Ketika rasa mulai ada
Hati suci ingin mengisi
Ketika susah mulai gelisah
Tangis hati tak terkendali

Bahwa ternyata rasa hati ini
semakin sulit dimengerti
(15.5.09)

Senja Menyapa

Senjaku berselimut kabut,
gelegar halilintar terdengar menyambar
Pikir mengalir kalut menyahut
menunggu berita menjala warta

Malam kelam tertutup awan
hati sedih merintih lirih
ingin menjemput sebut setya menawan
memuja rasa namun mengemban duka.

Ketika waktuku menyongsong kosong
jiwaku terbang terang mengawang
Ketika waktuku terisi obsesi
pujiku hanya untukmu si penembus hati sejati
(18.05.09)

Geliat Ujung jari

Geliat ujung jemari menari
Lewat layar kaca handphon tersaji
Kata tertata ungkapkan rasa
Lontarkan berita setia menyapa

Siang jelang senja bahagia
Ingat melekat semangatmu kuat
Ingin memuji jelita hati
Menyimpan hati menikat diri

Bahwa ternyata lewat kata-kata tertata
Jadikan damai di hati
(23.5.09)

Pagi Sepi

Semilir angin pagi menepi
Semerbak ombak hati menjadi
Menatap suryamu pagi mentari
Merindu kasih menangis lirih.

Pagiku suci menatap sepi
Jiwaku nyeri mengurai-mencabut duri
Pikirku mengalir menganak sungai
Menahan rasa ingin menyencang janji.

Ketika rasaku bisa gembira
kulepas sederet coret
sejuta kata
sedepa doa dan
setumpuk puja.

Ketika hatiku sepi sendiri
hanya bayang terbang melayang
hingga tak mampu meniti
hati nurani
(20.03.09)

Senja

Senja ini aku meniniti sepi
gelora rasa ingin menyapa
memuja diri Si Penembus hati
mengemban duka susah berkata

Warna jinggamu menyencang aroma,
senyum pesonamu tak mau menyatu
Ingin ku membuka rasa
menuntun irama
mengatur lentur
Kalbuku jadi membeku.

Ternyata senja ini
menjadikan aku semakin tahu
bahwa meski Engkau kaya kata
namun kau tak bisa menata bicara (19.03.09)

Senyummu kutunggu

Sekilas lekas senyummu ku tunggu
Setetes pesan pelan ku telan
Selembar khabar segar ku dengar
Segudang senangmu
sedang ku hadang

Ketika aku suka
membaca caramu bicara
Rasa kalbu semakin menggebu.

Ketika aku memujimu setinggi langit
Semoga jiwa ragamu tersisih dari sederet sakit. (12.3.09)

Gemericik Hati

Gemericik hati aquariumku
cantik memercik
Mengiring lohan menari
mendendang pelan
membawa pikir mengalir tiada akhir.
Ingat menyengat
ingin setia memuja
penembus hati sejati

Di kala rasa resah mendesah
rinduku menggebu ingin bertemu.
Semasa hati semakin tipis menepis
aku terus menunggu sapamu.

Bahwa ketenangan jiwa ini
ternyata bukan karena harta.
Kesucian diri
jadikan pegangan hidup sejati (10.3.09)

Jagalah

Jagalah jiwamu
di kala penjagaanku
tak sampai di lubuk hatimu.

Sayangi ragamu
di kala tangan-mataku tak mampu
merangkul dalam dekapan kasih sayangku.

Muliakan citamu
di kala penghargaanku
tak terangkum dalam niatMu.

Meski engkau punya
segala yang aku tak punya
hati ini selalu memberi puji dan
mimpikan agar kau bertemu
dengan harapan suci-murni. (9.3.09)

Sapa Ceria

Sampaikan di pangkuanmu Si Bunga jelita
sedepa sapaku terasa ceria
seutas tali kasih tersisih
mengikat erat menjerat kuat.

Simpul hatiku terkunci
siap menyingkap harap
memuji Kau tiada henti
dan memberi jadikan obsesi.

Awan kelabu menutup rindu
sekawan camar segar menebar kabar
gumpalan rinduku semakin menggerutu
hendak menatap si Bunga ayu

Bahwa kata-kata yang tertata
dan jiwamu yang berjaga
akan dapat mengangkat tingkat derajat martabat;
Akan bisa mengikis sebaris tangis,
akan mampu menyapu seribu gerutu
untuk menuju ke pucuk cita-citaMu. (26.2.09)

Komputerku

Teman setiaku
tiap saat melekat erat
di depan dipan menanti aksi
kau telanjang riang
setia ikuti kehendak jari-jari.

Setiap penanda menggoda
kubuka insertmu tiada malu
aku siap menatap mantap
kau mulai gemulai
mau meniru kemauanku

Berulang kau beraksi
setiamu tiada sanksi
tiada suka ingkar janji
setia menunggu datangnya inspirasi

Ketika words-mu kubuka
Senyummu mempesona
menggoda membuka data
gairah tambah merekah
tegar, segar, menebar
menata kata meniti nyali
mengusir sepi kutulis puisi penyejuk hati. (25.2.09)

Duka

(untuk sahabatku Eka Susilawati)

Duka tiba tiada sengaja
Jadikan keluh meruntuh seribu peluh
Sejuta dukamu dukaku juga
Tegak kuatkan jiwa raga terjaga

Serahkan :
Tuhan maha bijaksana
Jalan terbaik, tercantik meski mencekik menggelitik

Bahwa di balik duka nistapa
Ada rahasia berharga untuk mengisi sisa usia

Sabar satu-satunya senjata
Untuk mengusir pikir yang kikir
Takbir, dzikir lakukan tiada akhir.
(25.2.09)

Senja tiba

Senja malamku mengiring kasih beradu,
Warna jinggamu menggoda rasa
Gumpalan senyum rinduku membeku
Menunggu selembar kabar
Tuk penyembuh hati nan tegar.

Ketika engkau suka menyapa,
Rasa bahagia mengembang ria
Ketika engkau membisu seribu
Jiwaku pupus hancur berdebu

Bahwa dalam dadaku hanya ada sejuta doa
‘Tuk memajukan jiwamu
‘Tuk menuju sukses citamu
‘Tuk bahagia masa depanmu
(18.2.09)

Gerimis Tipis

Gerimis tipis tiada habis
Meniti sepi tiada henti
Ingin ungkap tangis mengiris
Hatiku memuji sampai mati

Ketika senja mulai tiba
Detak jantung tak terhitung
Meski rasa mulai iba
Doaku untuk Mu setinggi gunung

Bisa jadi kau tak mengerti
Untaian sejuta rasa tiada tara
Bila ini yang memang terjadi
Aku tak merasa akan sengsara
(17.02.09)

Makna Kasih

Kasih itu suci
Kasih itu murni
Kasih itu murah hati
Kasih itu tidak akan menyakiti

Kasih itu segar
Kasih itu sadar
Kasih itu sabar
Kasih itu tidak akan pudar

Kasih itu aman
Kasih itu nyaman
Kasih itu tentram
Kasih itu tidak akan dendam

Kasih itu halus
Kasih itu tulus
Kasih itu mulus
Kasih itu tidak akan terhapus


Kasih itu mulia
Kasih itu setia
Kasih itu ceria
Kasih itu tidak akan membawa derita.
(15.2.09)

Valentine Day (hari kasih sayang)

Suara hatiku menggema ingin menyapa
bungaku sekuntum harum cerah merekah
cokelatku mengkilat melekat erat
ingin ikut menyambut
silang-menyayang
hari 14 Februari jadi memori.

Kata ”sayang” sebagai lambang
mengenang bukan untuk meminang
memberi bukan untuk membenci
menyatu bukan untuk menipu.

Banyak orang bingung,
linglung,
tak tahu-menahu makna ’kasih sayang’.

Bahwa bagiku
’kasih sayang’ adalah buah rasa
tertanam dalam-dalam di dada.

Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidaklah semudah memutar lidah.

Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidak akan usang, lekang
dan terbuang dimakan zaman. (14.2.09)

Senja sepi

Angin dingin menembus ulu hati
Mencekam jiwa menusuk seribu rasa sepi

merindu rasa bahagia
merintih butuh kasih
menyayang bayang yang hilang
Ingin merajud lembut hati yang kalut.

Aku sendiri di antara gerimis sepi
Menjemput hari menggapai mimpi
Di kelam malam merenung diri.

Langkahkan puja
Iringkan janji
Antarkan semangat
Tuk menatap masa depanmu nanti(12.2.09)

Desah gelisah

Desah gelisah siap berucap
Antara relung hati menyepi
Pujaku ini terus melayang
Jadikan kembang sayang penghias diri

Ketika sendiri mengisi sepi
Detak jantung ingin bersaksi
Ketika lentera jiwa mau menyapa
Ternyata senyummu beku susah berkata.

Bahwa aku sering suka mengeluh
Karena kau berhati teduh
Bahwa aku paling suka mengungkap rasa
Karena engkau bisa menata kata
(10.2.09)

Bahagiamu

Hujan malam menghadang riang
Menyisir lorong hati kosong
Menyemput lembut selembar kabut
Ingin menyalin merangkai kata
Ingin mengirim memuja doa.

Di malam membentang bayang
Di sini meniti langit hati suci
Menganyam malam kelam
Menunggu hujan mereda
Mengharap datangnya bisik hati sejati

Ketika malam mau beradu
Kusembahkan puji untukmu
Kumohon keridhoan-Mu
Menuju bahgianya dirimu
Bahagia diriku menyatu (13.1.09)
Kembang hati
Gelombang rasa mengembang
Kembang hati menjadi
Bayang sayang terkekang
Mengusir gelisah pelita hati

Ketika ada kata tertata
Ketika ada suasana gembira
Maka senyum hati sejati
Merajut lembut ingat seribu janji

Meski aku gerah menyerah
Tiada hari tanpa memuji
Seluruh waktu
Tuk ingat padamu (6.2.09)

Senyum Mentari

Senyum mentari berseri
Sekawan burung bernyanyi
Senandung merdu suara hati meraih puji
Menggantang janji
Hati bernyanyi riang
Sambut pancaran sinar yang hilang

Dalam lubuk kan ku simpan
Tuk hangatkan seluruh badan (12.1.09)

Sepi

Denyut jantung mendayung
Mata membayang kembang
Ingin merajut ranting hati
Merintih,
Meraih buih,
Ingin mengungkap setitik suara hati
Sepi
Suci

Di kala suaramu terdengar,
Suasana sesak jadi segar,
Ketika kilas bayangmu pudar,
Seluruh isi hati seolah berputar. (9.1.09)

Rindu

Ketika lubuk hati terusik bisik
Tetesan kesan menghias bias
Ingin menjemput lembut
Melepas lelah menguras peluh
Ingin bertemu rindu berpalut.

Ketika lama tiada bersua
Tak dengar keluh
Seluruh badan terasa lumpuh,
Pikir mengalir,
Rasa meraba,
Bayang kasih tiada nyata.(7.1.09)

Lautan Darah di Gaza

Zionis dengan gila
Menebar kepingan-kepingan nyawa
Merobek setiap sisi Gaza
Hilangkan ribuan nyawa
Terkutuk zionis Israel
Yang menyerang membabi buta
Membuat anak kehilangan orang tua
Membuat orang tua kehilangan anaknya
Zionis gila
Terkutuk di neraka
Ya Allah....
Selamatkan saudara kami di Gaza Amien. (untuk Lastri
skh 3.1.09

Penghujung Tahun Kelabu

Penghujung tahun kelabu
Penuh cerita sendu
Buat hati pilu
Menerpaku

Tahun baru telah datang
Penuh dengan harapan
menatap akan masa depan
Yang penuh dengan kegembiraan
Keceriaan
Dan kesuksesan
(Untuk Mety skh 31.12.08)

Ujung Tahun ’08

Penghujung tahun menyanjung
Merajut lembut menyambung detak jantung,
Menyuka sejuta cita,
Menyibak rona pesona,
Menunggu bahagia raya.

Songsongkan tahun baru menderu,
Libatkan kuat tekat semangat,
Bawakan sekuntum senyum mengharum,
Taburkan kenang sepanjang zaman,
Mengusir sirik menghalau kacau.

Ketika kita mau merasa,
Tuhan kucurkan semua,
Ketika tahun kelabu berlalu,
Tahun depan jadikan penuh harapan
(30.12.08)

Tahun Baru 1430 H

Tahun baru Hijrah kuhadang datang,
Secercah cerah datang membayang,
Sebungkah cela menganga
Terhisap terbang menghilang.

Kusambut hadirmu tahun seribu bintang
Membentang puja minta pada Yang Esa.
Jika setahun yang lalu kelabu,
Tahun mendatang gemilang.
Bila tahun lalu menggerutu,
Tahunj depan cemerlang.
Ketika kita mau saling memuji,
Ketika kita mau saling instrospeksi
Tuhan Allah meridloi (28.12.08)

Natal

Suara hening malam ini,
Terasa tentram,
Angin sumilir antarkan jiwa suci untuk memuji.
Ketika suara hati ini mulai terusik
Terasa membara menggelora,
munculkan semangat kuat seraya menyapa:
Selamat Natal dan tahun baru semoga membawa seribu barokah,
Mengalir kedamaian sejati,
Tercapai harapan dan idaman bagi kita bersama. (24.12.08)

Suara jiwa

Untuk Marini
Ibu adalah sosok perkasa bagi putranya,
Boleh rapuh raganya tapi bukan jiwanya.
Rela melepas nyawa
Dipertaruhkan demi keselamatan anaknya
Hidup, darah, dan seluruh harta buat anak tercinta.

Kunjunglah saat ibu belum lelah,
Senyum ranum yang kau punya
Ibu jadi bahagia.
Malaikat yang selalu melindungi aku
Dari dengus mimpiku adalah ibu
Ibu, cintamu tak bersyarat. (22.12.08)

Hari Ibu

Momen ini
baik jadikan instrospeksi diri
Bahwa cinta sejati yang setia dan tulus hati
Tak ada kasih sayang yang sepenuh perasaan.
Tak ada keiklasan yang penuh pengurbanan,
Tak akan lepas pengertian yang bertumpuk kemurnian perasaan
Selalu penuh perdamaian,
Terbalut hasrat suci ’tuk tunaikan kebajikan demi anak-anaknya.
Bahwa ternyata kita belum seberapa.
Kita perlu tahu diri dan instrospeksi (22.12.08)

Pintaku pada Tuhan

Untuk Sonia

Kadang kuminta bunga segar nan indah,
Tuhan beri kaktus berduri.
Sering kupinta gelatik yang cantik
Tuhan beri ulat berbulu

Awalnya gerutu menggebu,
marah seribu serakah.
Kecewa menganga tiada tara.

Mungkin ku tak tahu?
Ternyata kaktus berbunga indah merekah
Mungkin aku ragu?
Ternyata ulat berbulu beludru
Ulat-ulat itu menjadi kupu-kupu
Indah merekah, mewarna-warni.

Tuhan kasih jalan lain bisa
Tuhan mencoba aku tiada merasa
Bahwa kebaikan bagiku ternyata bukan kebaikan- Mu

Tuhan tidak memberi yang aku mimpi
Tapi Tuhan menyediakan
Apa yang aku perlukan. (16.12.08)

Doaku untuk sahabatku Nanik

Ku buka malamku untuk doa,
Setitik cantik selumbut sebut,
Kucurkan secerah hati
Kusebut sambut Si Jabang bayi.

Setulus halus mulus doaku
Sehat, semangat, kuat,
Menebar seribu sabar,
Tabah menambah gairah

Ketika tabah kita jalani
Bahwa Tuhan ada di atas sana
Mengucur sejuta pesona kepada kita.
(15.12.08)

Hidup

Hidup adalah perjuangan
Hidup adalah pengabdian
Hidup adalah menunggu kesempatan
Hidup adalah menanti kematiaan

Bahwa kematian tiada terulang

Perjuangan perlu pengabdian,
Pengabdian perlu kesetiaan,
Kesempatan adalah implementasi pengabdiaan dan kesetiaan

Bahwa ketika kesetiaan terinjak-injak,
Pengabdian dan perjuangan ikut terkoyak-koyak

Ketika di dalam derita
Doa dan usaha jadi utama

Ketika kita baru dicoba,
Obtimisme perlu ada
Ketika keputusan menggoda,
Hati dan jiwa serahkan Yang Mahaesa

Kita mesti bisa,
Semoga
(15.12.08)

Jumat Semangat

Jumat hangat menyengat
Menoreh sederet nada menggoda
Melepas kias meremas cemas
Menghadang segudang bayang
Mendulang sekeranjang kenang.

Jumat kuat menyengat
Sepakat semangat mengikat bulat
Menyongsong selembar cita
Membawa rasa gembira, kau bahagia (12.12.08)

Pernik Hati

Pujaku munculkan harapan
Harapan membelai kesetiaan
Setiaku lahirkan keyakinan
Keyakinanku dapat kau buktikan.

Ketika puja telah menggema
Merindu menggapai ingin tercapai
Ketika puji telah teruji
Engkau berhasi tunjukkan prestasi

Bahwa preatasi itu ternyata
Setumpuk onggokan seribu derita,

Bahwa semua bisa terjadi
Karena Illahi Robbi
Menguji semua Insani (11.12.08)

Menunggu Senyum

Siang menghadang kembang
Menabur syukur lebur tersungkur
Menggila rasa bahagia
Menunggu tetesan senyummu beku.

Janji memuji mesti tepati
Setia hati masih teruji
Rayu merayu menggoda diri
Menyingkap rasa
Membuang sepi

Ketika engkau menoleh diri
Aku memuji
Ketika engkau sudi instrospeksi
Aku hargai

Bahwa setumpuk sinar auramu,
Semakin menjerat memikat lekat,
Menjadi pasti (5.12.08)

Setinggi gunung

Setinggi gunung pujimu
Andaikan
kumiliki kewenangan
memberi segudang bintang melintang,
kali bintang kelima kau berikan padaku

Kutahu
Kau ingin aku melaju
Kau bukakan pintu seribu
Kau tuntun aku tuk bisa berjalan pelan.

Diriku takut beringsut,
Kerikil tajam akan menghadang

Bintang-bintang menjadi bayangan
Namun cahya pudar memudar
Bintangku tidak seterang bintang
Bintangku tidak seindah pujimu

Jika nyata bintang terang
Setinggi gunung aku berjuang.

(Marini, revisi seperlunya. 3.12.08)

Kuantarkan

Jauh meluluh
kuantarkan doa untukmu penuh utuh
Tiada keluh,
Pintaku mengantarmu bersimpuh,
Seluruh pujaku maju
Tak kenal waktu,
Tuhan mengucur seribu restu
Tekatkan mantab kuat
Sejuta smangatku melekat erat
Menyencang kencang
membalut lembut satu cita
menuju bahagia. (2.12.08)

Pagi Memuji

Mentari pagi berseri,
Mengantar puji hati suci,
Mengirim kembang aroma puja,
Mendekat lekat mendulang bayang tiada lekang

Pagiku pagimu menyatu,
Pujiku pujimu bersatu,
Menuju mimpi ke alam jati diri,
Tangkas menangkas,
Uji nyali pada Sang punguji sejati

Ketika puja menggema,
Ketika puji tersaji,
Suksesku,
Suksesmu selalu menyertai isi hati
Amien...! (1.12.08)

Doaku

Siang menghadang terang
Mencipta kata selembar rasa
Memikat lekat
mencurah segudang bayang
mendulang kenang
menyayang kembang
menunggu gerutu untuk bertemu

Hati ini memuncak gerak
Gembira ria bergema
Menyambut lembut menyahut
Kupujakan untukmu seorang
Tiada memandang waktu dan ruang

Semoga melimpah ruah
Setumpuk barokah
Semangat kuat
tak mengubah niat
23.11.08

Pujaku

Suryaku kelabu tertutup awan
Senyummu berat menjerat kelam
Menyencang kencang selimut cahaya
Membalut sejuta derita
Menyambut lembut langit asmara
Ketika hati bergolak
Rasaku membeku menelan rindu
Ketika sepi menjadi
Hati ini pilih memuji
Demi bahagiamu
Kesuksesanmu setiap hari

Pantun Rindu

Duku laris antarkan anggur
Buah anggur di dalam saku
Sobatku manis sukalah negur
Agar terhibur rasa hatiku

Bila rakit naiklah perahu
Rakit ini membawa tali
Bila sakit ingatlah kamu
Sakit ini semakin menjadi

Siang ini matilah lampu
Mati lampu susah hidupnya
Sayang hati rasa tak mampu
Hati terluka susah obatnya
21.11.08

Sakit

Tubuh terasa panas mengganas
Kepala pusing seribu keliling
Hidung sumbat tambat menghambat
Tenggorok gatal mengganjal
Dada sesak mendesak

Namun, pikir mengalir tiada akhir.
Ketika tubuh ini terasa rapuh
Ingat menyengat menyayat hayat

Ketika kadang terbang membayang
Masih ingat kembang penembus hati
Menyayang sayang.
20.11.08

Tangis Hati

Sore jelang malam sepi
Menunggu cemas meluas
Menanggung rindu seribu
Ingat senyummu sanjung segunung

Ceriamu seolah tiada derita
Bibirmu suka bicara
Menoreh rindu sejuta
Menyibak hati menghadang
Segudang bayang yang hilang

Ketika menghela nafas cemas
Ketika merindu wanita ayu
Ternyata di ujung jantung
masih ada seserpih kasih (18.11.08)

Resah

Gerimis mengiris
Resah susah berujung lelah
Jiwa ini jadi kerdil menggigil
Menyayat-nyayat
Mengiris tangis tiada habis
Sejuta derita
Menjerit hingga ujung langit.


Ketika jiwa ini berontak
Seolah tiada berguna
Ketika derita ini tiba
Banyak orang tertawa
Aku ingin hilang entah ke mana!

Bahwa penyembuh hati luka
Ternyata masih ada (10.11.08)

Cinta Butuh Sujud

Siapa ingat pasti diingat
Sapaan hangat selembut semangat
Meniti kalbu menyentuh rindu
Sujud dalam ridloMU

Tuhan ada tak pernah tiada
Tuhan berada tak pernah ke mana

Hati ciut karena pikir kalut
Jiwa rindu tak pernah bertemu

Cinta butuh sujud
Dengan sapaan lembut
Agar rindumu selalu terpaut
(.7.11.08)

(untuk Lastri Skh)

Lentera Hati

Lentera hati sepi menyepi
Rasa lara tiada tara
Meniti nasib menyencang bayang
Datang rintang tiada hilang

Hatiku menangis tiada henti
Pikirku pilu menutup rindu
Peluhku mengucur
hancurkan kalbu
Tuhan... Mana jalan-MU?

Ketika aku duka, Engkau tak menyapa
Ketika aku sengsara, engkau tak merasa.

Bahwa tak seorangpun
mampu menembus kalbu.
Bahwa jeriran hatiku
yang bisa dengar hanya kamu.
7.11.08

Cinta Malu

Tak berani berkata
Tak kuasa bicara
Bibir kelu berlagu
Lidah beku memaku

Andaikata bisa berkata
Ingin diri berkaca
Pantaskah aku untukmu
Mematut dalam raga

Becermin dalam jiwa
Jujur mencari asa
Menanti kata cinta darimu
Pembuat duka lara
( untuk Lasri Skh, 3.11.08)

Pagi indah

Pagi ini begitu indah
Bunga-bungapun merekah
Mendendangkan lagu
Syair nuansa rindu

Mengapa kau diam terpaku
Duduk di atas bangku
Lekas gerakkan kakimu
Lari mengejar waktu

Kejarlah mimpi
Demi masa depan. (2.11.08)

Malam Jumat

Malam jumat menyengat,
Malam ini aku berdiri di ujung pintu surgamu
Mencoba meraba menembus ujung jantungmu,
Melayang sayang,
Menyencang kencang ,
Membidik melirik wanita cantik.

Malam Jumat menyengat,
Malam ini menjadi
Malam penuh mimpi
Bertemu Sang bidadari. (2.11.08)

Bayangan Malam

Malam-malam begini ingat kamu
Semangat dan kembangkan cita-citamu
Kuantar hingga ke ujung harapan sejati
Buktikan kau semakin mandiri

Malam-malam begini ingin mencari
Untaian doa dan puji
Terpatri untuk kasih
Setiaku sendiri

Bahwa senyum sapamu terukir
Hingga di akhir pikir.

Bahwa hingga kapan pun
Akukan buktikan memorimu
Tiada hilang hingga usang (2.11.08)

Mentari terus berjalan

Mentari terus berjalan
Menuju tempat peraduan
Sungguh enak engkau dipandang
Hati sedih jadi berdendang

Sedih pun sirna
Memandang kau penuh warna
Tangis berganti tawa
Mengiring datangnya senja (1.11.08)

Ingat kamu

Sore ini ingat kamu
Bahwa keyakinan untuk saling menyapa
Akan memperpanjang nyawa.
Kemauan untuk saling menderita
Adalah komitmen kita.

Tidaklah ada kesempurnaan sejati,
kecuali Pencipta bumi.
Tidak ada penyanjung hati setiap hari
kecuali penulis ini.

Seandainya mentari dapat berkata
jangan kau tinggalkan aku duka.
Seumpama bulan dapat tersenyum
aromamu menyencang kenang di kulum (30.10.08)

Malam

Malam pergi
tinggalkan mimpi
Berganti pagi
menyapa hari
Pagiku datang
Membawa semangat jiwa
Di dalam dada
Buat hari jadi sempurna (29.10.08)