Derita
Selama jiwa masih bersih
Rasa kasih tiada tersisih
Selama hati terbalut lumpur
Rasa syukur hancur melebur
Aku menahan menapak di atas seribu duri
Kau kusanjung kupuji setiap hari
Namun, tiada terasa suka gembira
Lontaran kata tak tertata semakin nyata
Bahwa ketika kau bersumpah akan mandiri
Aku akan mundur teratur
tak mau jatuh tersungkur (28.5.09)
Senja
Senja mengantarmu dalam cengkeraman iman
Malam menyapamu penuh pesona rasa
Bulan bintangku mengantar ke ruang peraduanmu
Hingga larut di dalam ujung mimpiku.
Ketika malam mulai kelam,
Doa pujiku mengendus tembus di ulu ranting-ranting nafas indahmu.
Ternyata sapa menyapa,
Hati berseri,
Menambah tabah dalam jiwa ini.
(8.6.09)
Pagi Sepi
Pagi sepi sendiri tiada mentari,
Angin dingin merintang lengang
Membuka duka menelan derita
Menahan beban membayang sayang.
Pagi ini hatiku sepi,
Menggores rasa menelan luka,
Suara ceria tiada
Sepatah kata pun sirna.
Senyemu meranum ingin kukulum,
Setitik cantik ucapmu ingin kupetik
Namun, tulus hatimu terhapus,
Tinggalkan kenangan sebal mengganjal
Ketika hati ini ingin memuji
Engkau semakin tinggi hati
Ketika aku ingin berkata,
Engkau semakin menebar duka
(10.10.09)
SEKERAT SUARA
Sekerat suara hati tersirat
Secoret kata hampa tertata
Meloncat cepat ingin mendekat
Mengisi puing-puing hati sepi
Meski kenari menari-nari
Meski gelatik cantik melirik
Namun, ranting-ranting rasaku rapuh meluluh
Menahan beban meratap gelap,
Kalbu seribu merindu
Ketika rasa gembira terjaga
Terasa bahagia di taman surga
Ketika pujaku setia menunggu
Hasrat kuat ingin menyatu.
(24.6.09)
Senja tiba
Senja tiba menyiksa rasa,
Rinduku membelenggu kalbu,
Menerawang kenang di balik petang,
Menyencang bayang mengenang kembang.
Berselimut kabut lembut membalut,
Menyiksa rasa menguras derita.
Saat senja tiba derita menyiksa sejuta rasa,
Bahwa hanya suaramu yang mampu meramu,
Bahwa hanya tulisan yang bisa mengesan (24.07.09)
Kumpulan Puisi
Tangis Malam
Angin malam berhembus pelan
Membelai jiwa sepi menahan
Merindu suara menjaring berita
Mengingat kuat terasa melekat.
Meski gumpalan hati menangis sepi
Ungkapkan diri ingin memuji
Mengemban diri menjerat kuat hati nurani
Ingin menutup tabir penuh mesteri.
Malam kelam mulai tenggelam
Kini aku sepi sendiri.
Meniti hari pagi
Merajut lembut ingin menyambut
Mengisi tangis meringis
Menunggu setetes kasih Illahi.
Melayang bayang
meraba bahagia
mendesah susah menggapai mimpi.
Hari-hari ini aku menumpuk sejuta coba
Aku ingin melangkah lirih tertatih
Semakin terasa melekat letih
Ku ingin mencoba meraba gahagia
Bisakah kurasa?
Bahwa Tuhan maha bijaksana! (23.03.09)
Napas Pagi
Napas melepas senyum meranum,
Mencoba menyapa memuji hati
Merindu kasih,
Mengusir sedih menghalau sendu,
Ingin mendekat erat
Menebar puji Penembus hati.
Pagi ini aku bicara sendiri,
Meniti lembaran hati sepi,
Menulis puisi mengurai diri,
Mendekap sikap memeluk ilusi.
Meski bayang terang terbang mengawang,
Pujiku tiada habis terkikis,
Menyuka doa,
Melempar khabar,
Menghembus tembus,
Merekah di celah-celah pusar relung hatiMu
(6.4.09)
Bisik Hati
Bisik hati suci mengalir pasti,
Menyusur antara reruntuhan puing-puing pagi,
Mengusir sepi membelai diri
Mengisi puji mengiring nurani.
Aku selalu menghubung sanjung penembus jantung,
Aku setia mengikat kuat menjaga semangat,
Aku berani melempar khabar segar menggelegar
Namun jiwa ini sedih perih merintih.
Ketika bisik hati berduri
Bayangmu kuhampiri
Ketika rasa menggelora
Doaku untukmu tiada tara.
(14.04.09)
Bulanku
Bulanku cemberut kecut tertutup kabut,
Ceriamu suram muram berselimut awan.
Bayangmu terbang hilang melayang,
Swaramu membisu di antara alunan nada-nada merdu.
Meski rembulan tiada tampan,
Bintangmu nyata menghias angan,
Meski sinarmu tiada rupa
Aku sendiri masih setia merajut sapa.
Aku masih percaya meski rembulanku tak mau bicara,
Setitik ujung hati ini masih ingin menebar puji dan janji.
Namun ketika sapaku kau jadikan sampah,
Aku bersumpah:
Bahwa jiwaku semakin tabah
(14.04.09)
Senja
Senjaku menjelang beradu
Awan menghilang terang menghadang
Namun desah susah membeku dalam pasungan kaku
Menahan dahan kalbu kelabu
Jatuh tersimpuh peluh mengaduh
Setangkai hati terasa mati
Mentariku tertutup kabut lembut
Aku sedih mendidih
Jiwa ini menepi di senja sepi
Menunggu sapa tawa pesona
Menjala rasa bahagia raya
Menanti tetesan kesan suci penembus hati sejati
Ketika aku bicara tertata dalam kata
Dirimu diam seribu bahasa
Ketika aku dirundung duka
Aku masih setya memuja
Bahwa bagiku rangkaian kata-kataku
Adalah cermin jiwa ragaku
(16.4.09)
Puji sejati
Lewat percikan hati nurani
Gerakkan ujung ibu jari menjadi
Kalimat cermat tertata rapi
Melempar segar puji sejati
Meski mentari bingar menyinar
Swara kalbuku membeku kaku
Merenung menyanjung setinggi gunung
Ingin menuntun hingga ujung citamu
Ketika ada rasa gembira
Doaku mengalir setiap waktu
Ketika ada rasa derita
Dirimu sebagai penyejuk kalbuku
Bahwa usaha adalah derita
Harapan adalah jembatan
Yang selalu melintang membentang di angan panjang
(18.4.09)
Mengantar
Petang menghadang rintang,
Bisik mengusik kolong kalbu,
Senyum bisu menjemputmu
Tegar mengantar menyatu padu
Dalam segenggam ragam
Ku sanjung Kau ke ujung cita-citamu
Dalam ikatan niat kuat
Semoga menggelora tekat semangat
Meski hati lara terluka
Tiada henti merintih memuji
Demi impian yang kau daki
Bahwa sikap rendah hati
Tidak mengkianati,
Mengemban toleransi,
Adalah aktualisasi jati diri (21.4.09)
Ingin menyapa
Senja berselimut awan
Tetes hujan mengerang kesakitan
Samar-samar bunyi menggelegar
Mengiring kau dalam dekapan malam
Suara adzan menggema ria
Suara hatiku menyuka puja
Menanam iman dan taqwa
Ingin menyusup antara celah-celah rasa setia.
Ketika suasana suka biasa
Slalu ingin dekat erat melekat
Ketika kecewa menyeret luka
Hati ini ingin slalu bebas bicara
Bahwa ternyata semakin nyata
hati ini murni slalu ingin menyapa
(8.05.09)
Kata hati
Sabtu kelabu aura setiaku menunggu
Di antara puing pintu rasa membara
Merasuk di celah-celah gelisah hati merekah
Menjemput kabut lembut di ujung angkasa rasa
Saat perkutut bersaut menyebut namamu
Ingat akan penembus hati sejati
Saat gelatik melirik lengkit cantikmu
Semangat kuat mendekat jiwamu tiada henti
Di ujung jantungku menyanjung setinggi gunung
Di ujung hati ingin memujimu sampai mati
Di kutub kalbuku menderu puji seribu
Di akhir pikir mengalir menyejuk taman impianku
(9.05.09)
Merenda rasa
Merenda rasa ungkap derita,
Menuju nyali puji sejati
Jiwaku semakin terasa nyata
Tak rela pisah penembus hati
Tangis hati bengis mengiris
Semangat kuat mengikat niat
Menyongsong puji tiada henti
Ingin melihat, mendekat, bercanda setiap hari
Ketika rasa mulai ada
Hati suci ingin mengisi
Ketika susah mulai gelisah
Tangis hati tak terkendali
Bahwa ternyata rasa hati ini
semakin sulit dimengerti
(15.5.09)
Senja Menyapa
Senjaku berselimut kabut,
gelegar halilintar terdengar menyambar
Pikir mengalir kalut menyahut
menunggu berita menjala warta
Malam kelam tertutup awan
hati sedih merintih lirih
ingin menjemput sebut setya menawan
memuja rasa namun mengemban duka.
Ketika waktuku menyongsong kosong
jiwaku terbang terang mengawang
Ketika waktuku terisi obsesi
pujiku hanya untukmu si penembus hati sejati
(18.05.09)
Geliat Ujung jari
Geliat ujung jemari menari
Lewat layar kaca handphon tersaji
Kata tertata ungkapkan rasa
Lontarkan berita setia menyapa
Siang jelang senja bahagia
Ingat melekat semangatmu kuat
Ingin memuji jelita hati
Menyimpan hati menikat diri
Bahwa ternyata lewat kata-kata tertata
Jadikan damai di hati
(23.5.09)
Angin malam berhembus pelan
Membelai jiwa sepi menahan
Merindu suara menjaring berita
Mengingat kuat terasa melekat.
Meski gumpalan hati menangis sepi
Ungkapkan diri ingin memuji
Mengemban diri menjerat kuat hati nurani
Ingin menutup tabir penuh mesteri.
Malam kelam mulai tenggelam
Kini aku sepi sendiri.
Meniti hari pagi
Merajut lembut ingin menyambut
Mengisi tangis meringis
Menunggu setetes kasih Illahi.
Melayang bayang
meraba bahagia
mendesah susah menggapai mimpi.
Hari-hari ini aku menumpuk sejuta coba
Aku ingin melangkah lirih tertatih
Semakin terasa melekat letih
Ku ingin mencoba meraba gahagia
Bisakah kurasa?
Bahwa Tuhan maha bijaksana! (23.03.09)
Napas Pagi
Napas melepas senyum meranum,
Mencoba menyapa memuji hati
Merindu kasih,
Mengusir sedih menghalau sendu,
Ingin mendekat erat
Menebar puji Penembus hati.
Pagi ini aku bicara sendiri,
Meniti lembaran hati sepi,
Menulis puisi mengurai diri,
Mendekap sikap memeluk ilusi.
Meski bayang terang terbang mengawang,
Pujiku tiada habis terkikis,
Menyuka doa,
Melempar khabar,
Menghembus tembus,
Merekah di celah-celah pusar relung hatiMu
(6.4.09)
Bisik Hati
Bisik hati suci mengalir pasti,
Menyusur antara reruntuhan puing-puing pagi,
Mengusir sepi membelai diri
Mengisi puji mengiring nurani.
Aku selalu menghubung sanjung penembus jantung,
Aku setia mengikat kuat menjaga semangat,
Aku berani melempar khabar segar menggelegar
Namun jiwa ini sedih perih merintih.
Ketika bisik hati berduri
Bayangmu kuhampiri
Ketika rasa menggelora
Doaku untukmu tiada tara.
(14.04.09)
Bulanku
Bulanku cemberut kecut tertutup kabut,
Ceriamu suram muram berselimut awan.
Bayangmu terbang hilang melayang,
Swaramu membisu di antara alunan nada-nada merdu.
Meski rembulan tiada tampan,
Bintangmu nyata menghias angan,
Meski sinarmu tiada rupa
Aku sendiri masih setia merajut sapa.
Aku masih percaya meski rembulanku tak mau bicara,
Setitik ujung hati ini masih ingin menebar puji dan janji.
Namun ketika sapaku kau jadikan sampah,
Aku bersumpah:
Bahwa jiwaku semakin tabah
(14.04.09)
Senja
Senjaku menjelang beradu
Awan menghilang terang menghadang
Namun desah susah membeku dalam pasungan kaku
Menahan dahan kalbu kelabu
Jatuh tersimpuh peluh mengaduh
Setangkai hati terasa mati
Mentariku tertutup kabut lembut
Aku sedih mendidih
Jiwa ini menepi di senja sepi
Menunggu sapa tawa pesona
Menjala rasa bahagia raya
Menanti tetesan kesan suci penembus hati sejati
Ketika aku bicara tertata dalam kata
Dirimu diam seribu bahasa
Ketika aku dirundung duka
Aku masih setya memuja
Bahwa bagiku rangkaian kata-kataku
Adalah cermin jiwa ragaku
(16.4.09)
Puji sejati
Lewat percikan hati nurani
Gerakkan ujung ibu jari menjadi
Kalimat cermat tertata rapi
Melempar segar puji sejati
Meski mentari bingar menyinar
Swara kalbuku membeku kaku
Merenung menyanjung setinggi gunung
Ingin menuntun hingga ujung citamu
Ketika ada rasa gembira
Doaku mengalir setiap waktu
Ketika ada rasa derita
Dirimu sebagai penyejuk kalbuku
Bahwa usaha adalah derita
Harapan adalah jembatan
Yang selalu melintang membentang di angan panjang
(18.4.09)
Mengantar
Petang menghadang rintang,
Bisik mengusik kolong kalbu,
Senyum bisu menjemputmu
Tegar mengantar menyatu padu
Dalam segenggam ragam
Ku sanjung Kau ke ujung cita-citamu
Dalam ikatan niat kuat
Semoga menggelora tekat semangat
Meski hati lara terluka
Tiada henti merintih memuji
Demi impian yang kau daki
Bahwa sikap rendah hati
Tidak mengkianati,
Mengemban toleransi,
Adalah aktualisasi jati diri (21.4.09)
Ingin menyapa
Senja berselimut awan
Tetes hujan mengerang kesakitan
Samar-samar bunyi menggelegar
Mengiring kau dalam dekapan malam
Suara adzan menggema ria
Suara hatiku menyuka puja
Menanam iman dan taqwa
Ingin menyusup antara celah-celah rasa setia.
Ketika suasana suka biasa
Slalu ingin dekat erat melekat
Ketika kecewa menyeret luka
Hati ini ingin slalu bebas bicara
Bahwa ternyata semakin nyata
hati ini murni slalu ingin menyapa
(8.05.09)
Kata hati
Sabtu kelabu aura setiaku menunggu
Di antara puing pintu rasa membara
Merasuk di celah-celah gelisah hati merekah
Menjemput kabut lembut di ujung angkasa rasa
Saat perkutut bersaut menyebut namamu
Ingat akan penembus hati sejati
Saat gelatik melirik lengkit cantikmu
Semangat kuat mendekat jiwamu tiada henti
Di ujung jantungku menyanjung setinggi gunung
Di ujung hati ingin memujimu sampai mati
Di kutub kalbuku menderu puji seribu
Di akhir pikir mengalir menyejuk taman impianku
(9.05.09)
Merenda rasa
Merenda rasa ungkap derita,
Menuju nyali puji sejati
Jiwaku semakin terasa nyata
Tak rela pisah penembus hati
Tangis hati bengis mengiris
Semangat kuat mengikat niat
Menyongsong puji tiada henti
Ingin melihat, mendekat, bercanda setiap hari
Ketika rasa mulai ada
Hati suci ingin mengisi
Ketika susah mulai gelisah
Tangis hati tak terkendali
Bahwa ternyata rasa hati ini
semakin sulit dimengerti
(15.5.09)
Senja Menyapa
Senjaku berselimut kabut,
gelegar halilintar terdengar menyambar
Pikir mengalir kalut menyahut
menunggu berita menjala warta
Malam kelam tertutup awan
hati sedih merintih lirih
ingin menjemput sebut setya menawan
memuja rasa namun mengemban duka.
Ketika waktuku menyongsong kosong
jiwaku terbang terang mengawang
Ketika waktuku terisi obsesi
pujiku hanya untukmu si penembus hati sejati
(18.05.09)
Geliat Ujung jari
Geliat ujung jemari menari
Lewat layar kaca handphon tersaji
Kata tertata ungkapkan rasa
Lontarkan berita setia menyapa
Siang jelang senja bahagia
Ingat melekat semangatmu kuat
Ingin memuji jelita hati
Menyimpan hati menikat diri
Bahwa ternyata lewat kata-kata tertata
Jadikan damai di hati
(23.5.09)
Pagi Sepi
Semilir angin pagi menepi
Semerbak ombak hati menjadi
Menatap suryamu pagi mentari
Merindu kasih menangis lirih.
Pagiku suci menatap sepi
Jiwaku nyeri mengurai-mencabut duri
Pikirku mengalir menganak sungai
Menahan rasa ingin menyencang janji.
Ketika rasaku bisa gembira
kulepas sederet coret
sejuta kata
sedepa doa dan
setumpuk puja.
Ketika hatiku sepi sendiri
hanya bayang terbang melayang
hingga tak mampu meniti
hati nurani
(20.03.09)
Semerbak ombak hati menjadi
Menatap suryamu pagi mentari
Merindu kasih menangis lirih.
Pagiku suci menatap sepi
Jiwaku nyeri mengurai-mencabut duri
Pikirku mengalir menganak sungai
Menahan rasa ingin menyencang janji.
Ketika rasaku bisa gembira
kulepas sederet coret
sejuta kata
sedepa doa dan
setumpuk puja.
Ketika hatiku sepi sendiri
hanya bayang terbang melayang
hingga tak mampu meniti
hati nurani
(20.03.09)
Senja
Senja ini aku meniniti sepi
gelora rasa ingin menyapa
memuja diri Si Penembus hati
mengemban duka susah berkata
Warna jinggamu menyencang aroma,
senyum pesonamu tak mau menyatu
Ingin ku membuka rasa
menuntun irama
mengatur lentur
Kalbuku jadi membeku.
Ternyata senja ini
menjadikan aku semakin tahu
bahwa meski Engkau kaya kata
namun kau tak bisa menata bicara (19.03.09)
gelora rasa ingin menyapa
memuja diri Si Penembus hati
mengemban duka susah berkata
Warna jinggamu menyencang aroma,
senyum pesonamu tak mau menyatu
Ingin ku membuka rasa
menuntun irama
mengatur lentur
Kalbuku jadi membeku.
Ternyata senja ini
menjadikan aku semakin tahu
bahwa meski Engkau kaya kata
namun kau tak bisa menata bicara (19.03.09)
Senyummu kutunggu
Sekilas lekas senyummu ku tunggu
Setetes pesan pelan ku telan
Selembar khabar segar ku dengar
Segudang senangmu
sedang ku hadang
Ketika aku suka
membaca caramu bicara
Rasa kalbu semakin menggebu.
Ketika aku memujimu setinggi langit
Semoga jiwa ragamu tersisih dari sederet sakit. (12.3.09)
Setetes pesan pelan ku telan
Selembar khabar segar ku dengar
Segudang senangmu
sedang ku hadang
Ketika aku suka
membaca caramu bicara
Rasa kalbu semakin menggebu.
Ketika aku memujimu setinggi langit
Semoga jiwa ragamu tersisih dari sederet sakit. (12.3.09)
Gemericik Hati
Gemericik hati aquariumku
cantik memercik
Mengiring lohan menari
mendendang pelan
membawa pikir mengalir tiada akhir.
Ingat menyengat
ingin setia memuja
penembus hati sejati
Di kala rasa resah mendesah
rinduku menggebu ingin bertemu.
Semasa hati semakin tipis menepis
aku terus menunggu sapamu.
Bahwa ketenangan jiwa ini
ternyata bukan karena harta.
Kesucian diri
jadikan pegangan hidup sejati (10.3.09)
cantik memercik
Mengiring lohan menari
mendendang pelan
membawa pikir mengalir tiada akhir.
Ingat menyengat
ingin setia memuja
penembus hati sejati
Di kala rasa resah mendesah
rinduku menggebu ingin bertemu.
Semasa hati semakin tipis menepis
aku terus menunggu sapamu.
Bahwa ketenangan jiwa ini
ternyata bukan karena harta.
Kesucian diri
jadikan pegangan hidup sejati (10.3.09)
Jagalah
Jagalah jiwamu
di kala penjagaanku
tak sampai di lubuk hatimu.
Sayangi ragamu
di kala tangan-mataku tak mampu
merangkul dalam dekapan kasih sayangku.
Muliakan citamu
di kala penghargaanku
tak terangkum dalam niatMu.
Meski engkau punya
segala yang aku tak punya
hati ini selalu memberi puji dan
mimpikan agar kau bertemu
dengan harapan suci-murni. (9.3.09)
di kala penjagaanku
tak sampai di lubuk hatimu.
Sayangi ragamu
di kala tangan-mataku tak mampu
merangkul dalam dekapan kasih sayangku.
Muliakan citamu
di kala penghargaanku
tak terangkum dalam niatMu.
Meski engkau punya
segala yang aku tak punya
hati ini selalu memberi puji dan
mimpikan agar kau bertemu
dengan harapan suci-murni. (9.3.09)
Sapa Ceria
Sampaikan di pangkuanmu Si Bunga jelita
sedepa sapaku terasa ceria
seutas tali kasih tersisih
mengikat erat menjerat kuat.
Simpul hatiku terkunci
siap menyingkap harap
memuji Kau tiada henti
dan memberi jadikan obsesi.
Awan kelabu menutup rindu
sekawan camar segar menebar kabar
gumpalan rinduku semakin menggerutu
hendak menatap si Bunga ayu
Bahwa kata-kata yang tertata
dan jiwamu yang berjaga
akan dapat mengangkat tingkat derajat martabat;
Akan bisa mengikis sebaris tangis,
akan mampu menyapu seribu gerutu
untuk menuju ke pucuk cita-citaMu. (26.2.09)
sedepa sapaku terasa ceria
seutas tali kasih tersisih
mengikat erat menjerat kuat.
Simpul hatiku terkunci
siap menyingkap harap
memuji Kau tiada henti
dan memberi jadikan obsesi.
Awan kelabu menutup rindu
sekawan camar segar menebar kabar
gumpalan rinduku semakin menggerutu
hendak menatap si Bunga ayu
Bahwa kata-kata yang tertata
dan jiwamu yang berjaga
akan dapat mengangkat tingkat derajat martabat;
Akan bisa mengikis sebaris tangis,
akan mampu menyapu seribu gerutu
untuk menuju ke pucuk cita-citaMu. (26.2.09)
Komputerku
Teman setiaku
tiap saat melekat erat
di depan dipan menanti aksi
kau telanjang riang
setia ikuti kehendak jari-jari.
Setiap penanda menggoda
kubuka insertmu tiada malu
aku siap menatap mantap
kau mulai gemulai
mau meniru kemauanku
Berulang kau beraksi
setiamu tiada sanksi
tiada suka ingkar janji
setia menunggu datangnya inspirasi
Ketika words-mu kubuka
Senyummu mempesona
menggoda membuka data
gairah tambah merekah
tegar, segar, menebar
menata kata meniti nyali
mengusir sepi kutulis puisi penyejuk hati. (25.2.09)
tiap saat melekat erat
di depan dipan menanti aksi
kau telanjang riang
setia ikuti kehendak jari-jari.
Setiap penanda menggoda
kubuka insertmu tiada malu
aku siap menatap mantap
kau mulai gemulai
mau meniru kemauanku
Berulang kau beraksi
setiamu tiada sanksi
tiada suka ingkar janji
setia menunggu datangnya inspirasi
Ketika words-mu kubuka
Senyummu mempesona
menggoda membuka data
gairah tambah merekah
tegar, segar, menebar
menata kata meniti nyali
mengusir sepi kutulis puisi penyejuk hati. (25.2.09)
Duka
(untuk sahabatku Eka Susilawati)
Duka tiba tiada sengaja
Jadikan keluh meruntuh seribu peluh
Sejuta dukamu dukaku juga
Tegak kuatkan jiwa raga terjaga
Serahkan :
Tuhan maha bijaksana
Jalan terbaik, tercantik meski mencekik menggelitik
Bahwa di balik duka nistapa
Ada rahasia berharga untuk mengisi sisa usia
Sabar satu-satunya senjata
Untuk mengusir pikir yang kikir
Takbir, dzikir lakukan tiada akhir.
(25.2.09)
Duka tiba tiada sengaja
Jadikan keluh meruntuh seribu peluh
Sejuta dukamu dukaku juga
Tegak kuatkan jiwa raga terjaga
Serahkan :
Tuhan maha bijaksana
Jalan terbaik, tercantik meski mencekik menggelitik
Bahwa di balik duka nistapa
Ada rahasia berharga untuk mengisi sisa usia
Sabar satu-satunya senjata
Untuk mengusir pikir yang kikir
Takbir, dzikir lakukan tiada akhir.
(25.2.09)
Senja tiba
Senja malamku mengiring kasih beradu,
Warna jinggamu menggoda rasa
Gumpalan senyum rinduku membeku
Menunggu selembar kabar
Tuk penyembuh hati nan tegar.
Ketika engkau suka menyapa,
Rasa bahagia mengembang ria
Ketika engkau membisu seribu
Jiwaku pupus hancur berdebu
Bahwa dalam dadaku hanya ada sejuta doa
‘Tuk memajukan jiwamu
‘Tuk menuju sukses citamu
‘Tuk bahagia masa depanmu
(18.2.09)
Warna jinggamu menggoda rasa
Gumpalan senyum rinduku membeku
Menunggu selembar kabar
Tuk penyembuh hati nan tegar.
Ketika engkau suka menyapa,
Rasa bahagia mengembang ria
Ketika engkau membisu seribu
Jiwaku pupus hancur berdebu
Bahwa dalam dadaku hanya ada sejuta doa
‘Tuk memajukan jiwamu
‘Tuk menuju sukses citamu
‘Tuk bahagia masa depanmu
(18.2.09)
Gerimis Tipis
Gerimis tipis tiada habis
Meniti sepi tiada henti
Ingin ungkap tangis mengiris
Hatiku memuji sampai mati
Ketika senja mulai tiba
Detak jantung tak terhitung
Meski rasa mulai iba
Doaku untuk Mu setinggi gunung
Bisa jadi kau tak mengerti
Untaian sejuta rasa tiada tara
Bila ini yang memang terjadi
Aku tak merasa akan sengsara
(17.02.09)
Meniti sepi tiada henti
Ingin ungkap tangis mengiris
Hatiku memuji sampai mati
Ketika senja mulai tiba
Detak jantung tak terhitung
Meski rasa mulai iba
Doaku untuk Mu setinggi gunung
Bisa jadi kau tak mengerti
Untaian sejuta rasa tiada tara
Bila ini yang memang terjadi
Aku tak merasa akan sengsara
(17.02.09)
Makna Kasih
Kasih itu suci
Kasih itu murni
Kasih itu murah hati
Kasih itu tidak akan menyakiti
Kasih itu segar
Kasih itu sadar
Kasih itu sabar
Kasih itu tidak akan pudar
Kasih itu aman
Kasih itu nyaman
Kasih itu tentram
Kasih itu tidak akan dendam
Kasih itu halus
Kasih itu tulus
Kasih itu mulus
Kasih itu tidak akan terhapus
Kasih itu mulia
Kasih itu setia
Kasih itu ceria
Kasih itu tidak akan membawa derita.
(15.2.09)
Kasih itu murni
Kasih itu murah hati
Kasih itu tidak akan menyakiti
Kasih itu segar
Kasih itu sadar
Kasih itu sabar
Kasih itu tidak akan pudar
Kasih itu aman
Kasih itu nyaman
Kasih itu tentram
Kasih itu tidak akan dendam
Kasih itu halus
Kasih itu tulus
Kasih itu mulus
Kasih itu tidak akan terhapus
Kasih itu mulia
Kasih itu setia
Kasih itu ceria
Kasih itu tidak akan membawa derita.
(15.2.09)
Valentine Day (hari kasih sayang)
Suara hatiku menggema ingin menyapa
bungaku sekuntum harum cerah merekah
cokelatku mengkilat melekat erat
ingin ikut menyambut
silang-menyayang
hari 14 Februari jadi memori.
Kata ”sayang” sebagai lambang
mengenang bukan untuk meminang
memberi bukan untuk membenci
menyatu bukan untuk menipu.
Banyak orang bingung,
linglung,
tak tahu-menahu makna ’kasih sayang’.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ adalah buah rasa
tertanam dalam-dalam di dada.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidaklah semudah memutar lidah.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidak akan usang, lekang
dan terbuang dimakan zaman. (14.2.09)
bungaku sekuntum harum cerah merekah
cokelatku mengkilat melekat erat
ingin ikut menyambut
silang-menyayang
hari 14 Februari jadi memori.
Kata ”sayang” sebagai lambang
mengenang bukan untuk meminang
memberi bukan untuk membenci
menyatu bukan untuk menipu.
Banyak orang bingung,
linglung,
tak tahu-menahu makna ’kasih sayang’.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ adalah buah rasa
tertanam dalam-dalam di dada.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidaklah semudah memutar lidah.
Bahwa bagiku
’kasih sayang’ tidak akan usang, lekang
dan terbuang dimakan zaman. (14.2.09)
Senja sepi
Angin dingin menembus ulu hati
Mencekam jiwa menusuk seribu rasa sepi
merindu rasa bahagia
merintih butuh kasih
menyayang bayang yang hilang
Ingin merajud lembut hati yang kalut.
Aku sendiri di antara gerimis sepi
Menjemput hari menggapai mimpi
Di kelam malam merenung diri.
Langkahkan puja
Iringkan janji
Antarkan semangat
Tuk menatap masa depanmu nanti(12.2.09)
Mencekam jiwa menusuk seribu rasa sepi
merindu rasa bahagia
merintih butuh kasih
menyayang bayang yang hilang
Ingin merajud lembut hati yang kalut.
Aku sendiri di antara gerimis sepi
Menjemput hari menggapai mimpi
Di kelam malam merenung diri.
Langkahkan puja
Iringkan janji
Antarkan semangat
Tuk menatap masa depanmu nanti(12.2.09)
Desah gelisah
Desah gelisah siap berucap
Antara relung hati menyepi
Pujaku ini terus melayang
Jadikan kembang sayang penghias diri
Ketika sendiri mengisi sepi
Detak jantung ingin bersaksi
Ketika lentera jiwa mau menyapa
Ternyata senyummu beku susah berkata.
Bahwa aku sering suka mengeluh
Karena kau berhati teduh
Bahwa aku paling suka mengungkap rasa
Karena engkau bisa menata kata
(10.2.09)
Antara relung hati menyepi
Pujaku ini terus melayang
Jadikan kembang sayang penghias diri
Ketika sendiri mengisi sepi
Detak jantung ingin bersaksi
Ketika lentera jiwa mau menyapa
Ternyata senyummu beku susah berkata.
Bahwa aku sering suka mengeluh
Karena kau berhati teduh
Bahwa aku paling suka mengungkap rasa
Karena engkau bisa menata kata
(10.2.09)
Bahagiamu
Hujan malam menghadang riang
Menyisir lorong hati kosong
Menyemput lembut selembar kabut
Ingin menyalin merangkai kata
Ingin mengirim memuja doa.
Di malam membentang bayang
Di sini meniti langit hati suci
Menganyam malam kelam
Menunggu hujan mereda
Mengharap datangnya bisik hati sejati
Ketika malam mau beradu
Kusembahkan puji untukmu
Kumohon keridhoan-Mu
Menuju bahgianya dirimu
Bahagia diriku menyatu (13.1.09)
Kembang hati
Gelombang rasa mengembang
Kembang hati menjadi
Bayang sayang terkekang
Mengusir gelisah pelita hati
Ketika ada kata tertata
Ketika ada suasana gembira
Maka senyum hati sejati
Merajut lembut ingat seribu janji
Meski aku gerah menyerah
Tiada hari tanpa memuji
Seluruh waktu
Tuk ingat padamu (6.2.09)
Menyisir lorong hati kosong
Menyemput lembut selembar kabut
Ingin menyalin merangkai kata
Ingin mengirim memuja doa.
Di malam membentang bayang
Di sini meniti langit hati suci
Menganyam malam kelam
Menunggu hujan mereda
Mengharap datangnya bisik hati sejati
Ketika malam mau beradu
Kusembahkan puji untukmu
Kumohon keridhoan-Mu
Menuju bahgianya dirimu
Bahagia diriku menyatu (13.1.09)
Kembang hati
Gelombang rasa mengembang
Kembang hati menjadi
Bayang sayang terkekang
Mengusir gelisah pelita hati
Ketika ada kata tertata
Ketika ada suasana gembira
Maka senyum hati sejati
Merajut lembut ingat seribu janji
Meski aku gerah menyerah
Tiada hari tanpa memuji
Seluruh waktu
Tuk ingat padamu (6.2.09)
Senyum Mentari
Senyum mentari berseri
Sekawan burung bernyanyi
Senandung merdu suara hati meraih puji
Menggantang janji
Hati bernyanyi riang
Sambut pancaran sinar yang hilang
Dalam lubuk kan ku simpan
Tuk hangatkan seluruh badan (12.1.09)
Sekawan burung bernyanyi
Senandung merdu suara hati meraih puji
Menggantang janji
Hati bernyanyi riang
Sambut pancaran sinar yang hilang
Dalam lubuk kan ku simpan
Tuk hangatkan seluruh badan (12.1.09)
Sepi
Denyut jantung mendayung
Mata membayang kembang
Ingin merajut ranting hati
Merintih,
Meraih buih,
Ingin mengungkap setitik suara hati
Sepi
Suci
Di kala suaramu terdengar,
Suasana sesak jadi segar,
Ketika kilas bayangmu pudar,
Seluruh isi hati seolah berputar. (9.1.09)
Mata membayang kembang
Ingin merajut ranting hati
Merintih,
Meraih buih,
Ingin mengungkap setitik suara hati
Sepi
Suci
Di kala suaramu terdengar,
Suasana sesak jadi segar,
Ketika kilas bayangmu pudar,
Seluruh isi hati seolah berputar. (9.1.09)
Rindu
Ketika lubuk hati terusik bisik
Tetesan kesan menghias bias
Ingin menjemput lembut
Melepas lelah menguras peluh
Ingin bertemu rindu berpalut.
Ketika lama tiada bersua
Tak dengar keluh
Seluruh badan terasa lumpuh,
Pikir mengalir,
Rasa meraba,
Bayang kasih tiada nyata.(7.1.09)
Tetesan kesan menghias bias
Ingin menjemput lembut
Melepas lelah menguras peluh
Ingin bertemu rindu berpalut.
Ketika lama tiada bersua
Tak dengar keluh
Seluruh badan terasa lumpuh,
Pikir mengalir,
Rasa meraba,
Bayang kasih tiada nyata.(7.1.09)
Lautan Darah di Gaza
Zionis dengan gila
Menebar kepingan-kepingan nyawa
Merobek setiap sisi Gaza
Hilangkan ribuan nyawa
Terkutuk zionis Israel
Yang menyerang membabi buta
Membuat anak kehilangan orang tua
Membuat orang tua kehilangan anaknya
Zionis gila
Terkutuk di neraka
Ya Allah....
Selamatkan saudara kami di Gaza Amien. (untuk Lastri
skh 3.1.09
Menebar kepingan-kepingan nyawa
Merobek setiap sisi Gaza
Hilangkan ribuan nyawa
Terkutuk zionis Israel
Yang menyerang membabi buta
Membuat anak kehilangan orang tua
Membuat orang tua kehilangan anaknya
Zionis gila
Terkutuk di neraka
Ya Allah....
Selamatkan saudara kami di Gaza Amien. (untuk Lastri
skh 3.1.09
Penghujung Tahun Kelabu
Penghujung tahun kelabu
Penuh cerita sendu
Buat hati pilu
Menerpaku
Tahun baru telah datang
Penuh dengan harapan
menatap akan masa depan
Yang penuh dengan kegembiraan
Keceriaan
Dan kesuksesan
(Untuk Mety skh 31.12.08)
Penuh cerita sendu
Buat hati pilu
Menerpaku
Tahun baru telah datang
Penuh dengan harapan
menatap akan masa depan
Yang penuh dengan kegembiraan
Keceriaan
Dan kesuksesan
(Untuk Mety skh 31.12.08)
Ujung Tahun ’08
Penghujung tahun menyanjung
Merajut lembut menyambung detak jantung,
Menyuka sejuta cita,
Menyibak rona pesona,
Menunggu bahagia raya.
Songsongkan tahun baru menderu,
Libatkan kuat tekat semangat,
Bawakan sekuntum senyum mengharum,
Taburkan kenang sepanjang zaman,
Mengusir sirik menghalau kacau.
Ketika kita mau merasa,
Tuhan kucurkan semua,
Ketika tahun kelabu berlalu,
Tahun depan jadikan penuh harapan
(30.12.08)
Merajut lembut menyambung detak jantung,
Menyuka sejuta cita,
Menyibak rona pesona,
Menunggu bahagia raya.
Songsongkan tahun baru menderu,
Libatkan kuat tekat semangat,
Bawakan sekuntum senyum mengharum,
Taburkan kenang sepanjang zaman,
Mengusir sirik menghalau kacau.
Ketika kita mau merasa,
Tuhan kucurkan semua,
Ketika tahun kelabu berlalu,
Tahun depan jadikan penuh harapan
(30.12.08)
Tahun Baru 1430 H
Tahun baru Hijrah kuhadang datang,
Secercah cerah datang membayang,
Sebungkah cela menganga
Terhisap terbang menghilang.
Kusambut hadirmu tahun seribu bintang
Membentang puja minta pada Yang Esa.
Jika setahun yang lalu kelabu,
Tahun mendatang gemilang.
Bila tahun lalu menggerutu,
Tahunj depan cemerlang.
Ketika kita mau saling memuji,
Ketika kita mau saling instrospeksi
Tuhan Allah meridloi (28.12.08)
Secercah cerah datang membayang,
Sebungkah cela menganga
Terhisap terbang menghilang.
Kusambut hadirmu tahun seribu bintang
Membentang puja minta pada Yang Esa.
Jika setahun yang lalu kelabu,
Tahun mendatang gemilang.
Bila tahun lalu menggerutu,
Tahunj depan cemerlang.
Ketika kita mau saling memuji,
Ketika kita mau saling instrospeksi
Tuhan Allah meridloi (28.12.08)
Natal
Suara hening malam ini,
Terasa tentram,
Angin sumilir antarkan jiwa suci untuk memuji.
Ketika suara hati ini mulai terusik
Terasa membara menggelora,
munculkan semangat kuat seraya menyapa:
Selamat Natal dan tahun baru semoga membawa seribu barokah,
Mengalir kedamaian sejati,
Tercapai harapan dan idaman bagi kita bersama. (24.12.08)
Terasa tentram,
Angin sumilir antarkan jiwa suci untuk memuji.
Ketika suara hati ini mulai terusik
Terasa membara menggelora,
munculkan semangat kuat seraya menyapa:
Selamat Natal dan tahun baru semoga membawa seribu barokah,
Mengalir kedamaian sejati,
Tercapai harapan dan idaman bagi kita bersama. (24.12.08)
Suara jiwa
Untuk Marini
Ibu adalah sosok perkasa bagi putranya,
Boleh rapuh raganya tapi bukan jiwanya.
Rela melepas nyawa
Dipertaruhkan demi keselamatan anaknya
Hidup, darah, dan seluruh harta buat anak tercinta.
Kunjunglah saat ibu belum lelah,
Senyum ranum yang kau punya
Ibu jadi bahagia.
Malaikat yang selalu melindungi aku
Dari dengus mimpiku adalah ibu
Ibu, cintamu tak bersyarat. (22.12.08)
Ibu adalah sosok perkasa bagi putranya,
Boleh rapuh raganya tapi bukan jiwanya.
Rela melepas nyawa
Dipertaruhkan demi keselamatan anaknya
Hidup, darah, dan seluruh harta buat anak tercinta.
Kunjunglah saat ibu belum lelah,
Senyum ranum yang kau punya
Ibu jadi bahagia.
Malaikat yang selalu melindungi aku
Dari dengus mimpiku adalah ibu
Ibu, cintamu tak bersyarat. (22.12.08)
Hari Ibu
Momen ini
baik jadikan instrospeksi diri
Bahwa cinta sejati yang setia dan tulus hati
Tak ada kasih sayang yang sepenuh perasaan.
Tak ada keiklasan yang penuh pengurbanan,
Tak akan lepas pengertian yang bertumpuk kemurnian perasaan
Selalu penuh perdamaian,
Terbalut hasrat suci ’tuk tunaikan kebajikan demi anak-anaknya.
Bahwa ternyata kita belum seberapa.
Kita perlu tahu diri dan instrospeksi (22.12.08)
baik jadikan instrospeksi diri
Bahwa cinta sejati yang setia dan tulus hati
Tak ada kasih sayang yang sepenuh perasaan.
Tak ada keiklasan yang penuh pengurbanan,
Tak akan lepas pengertian yang bertumpuk kemurnian perasaan
Selalu penuh perdamaian,
Terbalut hasrat suci ’tuk tunaikan kebajikan demi anak-anaknya.
Bahwa ternyata kita belum seberapa.
Kita perlu tahu diri dan instrospeksi (22.12.08)
Pintaku pada Tuhan
Untuk Sonia
Kadang kuminta bunga segar nan indah,
Tuhan beri kaktus berduri.
Sering kupinta gelatik yang cantik
Tuhan beri ulat berbulu
Awalnya gerutu menggebu,
marah seribu serakah.
Kecewa menganga tiada tara.
Mungkin ku tak tahu?
Ternyata kaktus berbunga indah merekah
Mungkin aku ragu?
Ternyata ulat berbulu beludru
Ulat-ulat itu menjadi kupu-kupu
Indah merekah, mewarna-warni.
Tuhan kasih jalan lain bisa
Tuhan mencoba aku tiada merasa
Bahwa kebaikan bagiku ternyata bukan kebaikan- Mu
Tuhan tidak memberi yang aku mimpi
Tapi Tuhan menyediakan
Apa yang aku perlukan. (16.12.08)
Kadang kuminta bunga segar nan indah,
Tuhan beri kaktus berduri.
Sering kupinta gelatik yang cantik
Tuhan beri ulat berbulu
Awalnya gerutu menggebu,
marah seribu serakah.
Kecewa menganga tiada tara.
Mungkin ku tak tahu?
Ternyata kaktus berbunga indah merekah
Mungkin aku ragu?
Ternyata ulat berbulu beludru
Ulat-ulat itu menjadi kupu-kupu
Indah merekah, mewarna-warni.
Tuhan kasih jalan lain bisa
Tuhan mencoba aku tiada merasa
Bahwa kebaikan bagiku ternyata bukan kebaikan- Mu
Tuhan tidak memberi yang aku mimpi
Tapi Tuhan menyediakan
Apa yang aku perlukan. (16.12.08)
Doaku untuk sahabatku Nanik
Ku buka malamku untuk doa,
Setitik cantik selumbut sebut,
Kucurkan secerah hati
Kusebut sambut Si Jabang bayi.
Setulus halus mulus doaku
Sehat, semangat, kuat,
Menebar seribu sabar,
Tabah menambah gairah
Ketika tabah kita jalani
Bahwa Tuhan ada di atas sana
Mengucur sejuta pesona kepada kita.
(15.12.08)
Setitik cantik selumbut sebut,
Kucurkan secerah hati
Kusebut sambut Si Jabang bayi.
Setulus halus mulus doaku
Sehat, semangat, kuat,
Menebar seribu sabar,
Tabah menambah gairah
Ketika tabah kita jalani
Bahwa Tuhan ada di atas sana
Mengucur sejuta pesona kepada kita.
(15.12.08)
Hidup
Hidup adalah perjuangan
Hidup adalah pengabdian
Hidup adalah menunggu kesempatan
Hidup adalah menanti kematiaan
Bahwa kematian tiada terulang
Perjuangan perlu pengabdian,
Pengabdian perlu kesetiaan,
Kesempatan adalah implementasi pengabdiaan dan kesetiaan
Bahwa ketika kesetiaan terinjak-injak,
Pengabdian dan perjuangan ikut terkoyak-koyak
Ketika di dalam derita
Doa dan usaha jadi utama
Ketika kita baru dicoba,
Obtimisme perlu ada
Ketika keputusan menggoda,
Hati dan jiwa serahkan Yang Mahaesa
Kita mesti bisa,
Semoga
(15.12.08)
Hidup adalah pengabdian
Hidup adalah menunggu kesempatan
Hidup adalah menanti kematiaan
Bahwa kematian tiada terulang
Perjuangan perlu pengabdian,
Pengabdian perlu kesetiaan,
Kesempatan adalah implementasi pengabdiaan dan kesetiaan
Bahwa ketika kesetiaan terinjak-injak,
Pengabdian dan perjuangan ikut terkoyak-koyak
Ketika di dalam derita
Doa dan usaha jadi utama
Ketika kita baru dicoba,
Obtimisme perlu ada
Ketika keputusan menggoda,
Hati dan jiwa serahkan Yang Mahaesa
Kita mesti bisa,
Semoga
(15.12.08)
Jumat Semangat
Jumat hangat menyengat
Menoreh sederet nada menggoda
Melepas kias meremas cemas
Menghadang segudang bayang
Mendulang sekeranjang kenang.
Jumat kuat menyengat
Sepakat semangat mengikat bulat
Menyongsong selembar cita
Membawa rasa gembira, kau bahagia (12.12.08)
Menoreh sederet nada menggoda
Melepas kias meremas cemas
Menghadang segudang bayang
Mendulang sekeranjang kenang.
Jumat kuat menyengat
Sepakat semangat mengikat bulat
Menyongsong selembar cita
Membawa rasa gembira, kau bahagia (12.12.08)
Pernik Hati
Pujaku munculkan harapan
Harapan membelai kesetiaan
Setiaku lahirkan keyakinan
Keyakinanku dapat kau buktikan.
Ketika puja telah menggema
Merindu menggapai ingin tercapai
Ketika puji telah teruji
Engkau berhasi tunjukkan prestasi
Bahwa preatasi itu ternyata
Setumpuk onggokan seribu derita,
Bahwa semua bisa terjadi
Karena Illahi Robbi
Menguji semua Insani (11.12.08)
Harapan membelai kesetiaan
Setiaku lahirkan keyakinan
Keyakinanku dapat kau buktikan.
Ketika puja telah menggema
Merindu menggapai ingin tercapai
Ketika puji telah teruji
Engkau berhasi tunjukkan prestasi
Bahwa preatasi itu ternyata
Setumpuk onggokan seribu derita,
Bahwa semua bisa terjadi
Karena Illahi Robbi
Menguji semua Insani (11.12.08)
Menunggu Senyum
Siang menghadang kembang
Menabur syukur lebur tersungkur
Menggila rasa bahagia
Menunggu tetesan senyummu beku.
Janji memuji mesti tepati
Setia hati masih teruji
Rayu merayu menggoda diri
Menyingkap rasa
Membuang sepi
Ketika engkau menoleh diri
Aku memuji
Ketika engkau sudi instrospeksi
Aku hargai
Bahwa setumpuk sinar auramu,
Semakin menjerat memikat lekat,
Menjadi pasti (5.12.08)
Menabur syukur lebur tersungkur
Menggila rasa bahagia
Menunggu tetesan senyummu beku.
Janji memuji mesti tepati
Setia hati masih teruji
Rayu merayu menggoda diri
Menyingkap rasa
Membuang sepi
Ketika engkau menoleh diri
Aku memuji
Ketika engkau sudi instrospeksi
Aku hargai
Bahwa setumpuk sinar auramu,
Semakin menjerat memikat lekat,
Menjadi pasti (5.12.08)
Setinggi gunung
Setinggi gunung pujimu
Andaikan
kumiliki kewenangan
memberi segudang bintang melintang,
kali bintang kelima kau berikan padaku
Kutahu
Kau ingin aku melaju
Kau bukakan pintu seribu
Kau tuntun aku tuk bisa berjalan pelan.
Diriku takut beringsut,
Kerikil tajam akan menghadang
Bintang-bintang menjadi bayangan
Namun cahya pudar memudar
Bintangku tidak seterang bintang
Bintangku tidak seindah pujimu
Jika nyata bintang terang
Setinggi gunung aku berjuang.
(Marini, revisi seperlunya. 3.12.08)
Andaikan
kumiliki kewenangan
memberi segudang bintang melintang,
kali bintang kelima kau berikan padaku
Kutahu
Kau ingin aku melaju
Kau bukakan pintu seribu
Kau tuntun aku tuk bisa berjalan pelan.
Diriku takut beringsut,
Kerikil tajam akan menghadang
Bintang-bintang menjadi bayangan
Namun cahya pudar memudar
Bintangku tidak seterang bintang
Bintangku tidak seindah pujimu
Jika nyata bintang terang
Setinggi gunung aku berjuang.
(Marini, revisi seperlunya. 3.12.08)
Kuantarkan
Jauh meluluh
kuantarkan doa untukmu penuh utuh
Tiada keluh,
Pintaku mengantarmu bersimpuh,
Seluruh pujaku maju
Tak kenal waktu,
Tuhan mengucur seribu restu
Tekatkan mantab kuat
Sejuta smangatku melekat erat
Menyencang kencang
membalut lembut satu cita
menuju bahagia. (2.12.08)
kuantarkan doa untukmu penuh utuh
Tiada keluh,
Pintaku mengantarmu bersimpuh,
Seluruh pujaku maju
Tak kenal waktu,
Tuhan mengucur seribu restu
Tekatkan mantab kuat
Sejuta smangatku melekat erat
Menyencang kencang
membalut lembut satu cita
menuju bahagia. (2.12.08)
Pagi Memuji
Mentari pagi berseri,
Mengantar puji hati suci,
Mengirim kembang aroma puja,
Mendekat lekat mendulang bayang tiada lekang
Pagiku pagimu menyatu,
Pujiku pujimu bersatu,
Menuju mimpi ke alam jati diri,
Tangkas menangkas,
Uji nyali pada Sang punguji sejati
Ketika puja menggema,
Ketika puji tersaji,
Suksesku,
Suksesmu selalu menyertai isi hati
Amien...! (1.12.08)
Mengantar puji hati suci,
Mengirim kembang aroma puja,
Mendekat lekat mendulang bayang tiada lekang
Pagiku pagimu menyatu,
Pujiku pujimu bersatu,
Menuju mimpi ke alam jati diri,
Tangkas menangkas,
Uji nyali pada Sang punguji sejati
Ketika puja menggema,
Ketika puji tersaji,
Suksesku,
Suksesmu selalu menyertai isi hati
Amien...! (1.12.08)
Doaku
Siang menghadang terang
Mencipta kata selembar rasa
Memikat lekat
mencurah segudang bayang
mendulang kenang
menyayang kembang
menunggu gerutu untuk bertemu
Hati ini memuncak gerak
Gembira ria bergema
Menyambut lembut menyahut
Kupujakan untukmu seorang
Tiada memandang waktu dan ruang
Semoga melimpah ruah
Setumpuk barokah
Semangat kuat
tak mengubah niat
23.11.08
Mencipta kata selembar rasa
Memikat lekat
mencurah segudang bayang
mendulang kenang
menyayang kembang
menunggu gerutu untuk bertemu
Hati ini memuncak gerak
Gembira ria bergema
Menyambut lembut menyahut
Kupujakan untukmu seorang
Tiada memandang waktu dan ruang
Semoga melimpah ruah
Setumpuk barokah
Semangat kuat
tak mengubah niat
23.11.08
Pujaku
Suryaku kelabu tertutup awan
Senyummu berat menjerat kelam
Menyencang kencang selimut cahaya
Membalut sejuta derita
Menyambut lembut langit asmara
Ketika hati bergolak
Rasaku membeku menelan rindu
Ketika sepi menjadi
Hati ini pilih memuji
Demi bahagiamu
Kesuksesanmu setiap hari
Senyummu berat menjerat kelam
Menyencang kencang selimut cahaya
Membalut sejuta derita
Menyambut lembut langit asmara
Ketika hati bergolak
Rasaku membeku menelan rindu
Ketika sepi menjadi
Hati ini pilih memuji
Demi bahagiamu
Kesuksesanmu setiap hari
Pantun Rindu
Duku laris antarkan anggur
Buah anggur di dalam saku
Sobatku manis sukalah negur
Agar terhibur rasa hatiku
Bila rakit naiklah perahu
Rakit ini membawa tali
Bila sakit ingatlah kamu
Sakit ini semakin menjadi
Siang ini matilah lampu
Mati lampu susah hidupnya
Sayang hati rasa tak mampu
Hati terluka susah obatnya
21.11.08
Buah anggur di dalam saku
Sobatku manis sukalah negur
Agar terhibur rasa hatiku
Bila rakit naiklah perahu
Rakit ini membawa tali
Bila sakit ingatlah kamu
Sakit ini semakin menjadi
Siang ini matilah lampu
Mati lampu susah hidupnya
Sayang hati rasa tak mampu
Hati terluka susah obatnya
21.11.08
Sakit
Tubuh terasa panas mengganas
Kepala pusing seribu keliling
Hidung sumbat tambat menghambat
Tenggorok gatal mengganjal
Dada sesak mendesak
Namun, pikir mengalir tiada akhir.
Ketika tubuh ini terasa rapuh
Ingat menyengat menyayat hayat
Ketika kadang terbang membayang
Masih ingat kembang penembus hati
Menyayang sayang.
20.11.08
Kepala pusing seribu keliling
Hidung sumbat tambat menghambat
Tenggorok gatal mengganjal
Dada sesak mendesak
Namun, pikir mengalir tiada akhir.
Ketika tubuh ini terasa rapuh
Ingat menyengat menyayat hayat
Ketika kadang terbang membayang
Masih ingat kembang penembus hati
Menyayang sayang.
20.11.08
Tangis Hati
Sore jelang malam sepi
Menunggu cemas meluas
Menanggung rindu seribu
Ingat senyummu sanjung segunung
Ceriamu seolah tiada derita
Bibirmu suka bicara
Menoreh rindu sejuta
Menyibak hati menghadang
Segudang bayang yang hilang
Ketika menghela nafas cemas
Ketika merindu wanita ayu
Ternyata di ujung jantung
masih ada seserpih kasih (18.11.08)
Menunggu cemas meluas
Menanggung rindu seribu
Ingat senyummu sanjung segunung
Ceriamu seolah tiada derita
Bibirmu suka bicara
Menoreh rindu sejuta
Menyibak hati menghadang
Segudang bayang yang hilang
Ketika menghela nafas cemas
Ketika merindu wanita ayu
Ternyata di ujung jantung
masih ada seserpih kasih (18.11.08)
Resah
Gerimis mengiris
Resah susah berujung lelah
Jiwa ini jadi kerdil menggigil
Menyayat-nyayat
Mengiris tangis tiada habis
Sejuta derita
Menjerit hingga ujung langit.
Ketika jiwa ini berontak
Seolah tiada berguna
Ketika derita ini tiba
Banyak orang tertawa
Aku ingin hilang entah ke mana!
Bahwa penyembuh hati luka
Ternyata masih ada (10.11.08)
Resah susah berujung lelah
Jiwa ini jadi kerdil menggigil
Menyayat-nyayat
Mengiris tangis tiada habis
Sejuta derita
Menjerit hingga ujung langit.
Ketika jiwa ini berontak
Seolah tiada berguna
Ketika derita ini tiba
Banyak orang tertawa
Aku ingin hilang entah ke mana!
Bahwa penyembuh hati luka
Ternyata masih ada (10.11.08)
Cinta Butuh Sujud
Siapa ingat pasti diingat
Sapaan hangat selembut semangat
Meniti kalbu menyentuh rindu
Sujud dalam ridloMU
Tuhan ada tak pernah tiada
Tuhan berada tak pernah ke mana
Hati ciut karena pikir kalut
Jiwa rindu tak pernah bertemu
Cinta butuh sujud
Dengan sapaan lembut
Agar rindumu selalu terpaut
(.7.11.08)
(untuk Lastri Skh)
Sapaan hangat selembut semangat
Meniti kalbu menyentuh rindu
Sujud dalam ridloMU
Tuhan ada tak pernah tiada
Tuhan berada tak pernah ke mana
Hati ciut karena pikir kalut
Jiwa rindu tak pernah bertemu
Cinta butuh sujud
Dengan sapaan lembut
Agar rindumu selalu terpaut
(.7.11.08)
(untuk Lastri Skh)
Lentera Hati
Lentera hati sepi menyepi
Rasa lara tiada tara
Meniti nasib menyencang bayang
Datang rintang tiada hilang
Hatiku menangis tiada henti
Pikirku pilu menutup rindu
Peluhku mengucur
hancurkan kalbu
Tuhan... Mana jalan-MU?
Ketika aku duka, Engkau tak menyapa
Ketika aku sengsara, engkau tak merasa.
Bahwa tak seorangpun
mampu menembus kalbu.
Bahwa jeriran hatiku
yang bisa dengar hanya kamu.
7.11.08
Rasa lara tiada tara
Meniti nasib menyencang bayang
Datang rintang tiada hilang
Hatiku menangis tiada henti
Pikirku pilu menutup rindu
Peluhku mengucur
hancurkan kalbu
Tuhan... Mana jalan-MU?
Ketika aku duka, Engkau tak menyapa
Ketika aku sengsara, engkau tak merasa.
Bahwa tak seorangpun
mampu menembus kalbu.
Bahwa jeriran hatiku
yang bisa dengar hanya kamu.
7.11.08
Cinta Malu
Tak berani berkata
Tak kuasa bicara
Bibir kelu berlagu
Lidah beku memaku
Andaikata bisa berkata
Ingin diri berkaca
Pantaskah aku untukmu
Mematut dalam raga
Becermin dalam jiwa
Jujur mencari asa
Menanti kata cinta darimu
Pembuat duka lara
( untuk Lasri Skh, 3.11.08)
Tak kuasa bicara
Bibir kelu berlagu
Lidah beku memaku
Andaikata bisa berkata
Ingin diri berkaca
Pantaskah aku untukmu
Mematut dalam raga
Becermin dalam jiwa
Jujur mencari asa
Menanti kata cinta darimu
Pembuat duka lara
( untuk Lasri Skh, 3.11.08)
Pagi indah
Pagi ini begitu indah
Bunga-bungapun merekah
Mendendangkan lagu
Syair nuansa rindu
Mengapa kau diam terpaku
Duduk di atas bangku
Lekas gerakkan kakimu
Lari mengejar waktu
Kejarlah mimpi
Demi masa depan. (2.11.08)
Bunga-bungapun merekah
Mendendangkan lagu
Syair nuansa rindu
Mengapa kau diam terpaku
Duduk di atas bangku
Lekas gerakkan kakimu
Lari mengejar waktu
Kejarlah mimpi
Demi masa depan. (2.11.08)
Malam Jumat
Malam jumat menyengat,
Malam ini aku berdiri di ujung pintu surgamu
Mencoba meraba menembus ujung jantungmu,
Melayang sayang,
Menyencang kencang ,
Membidik melirik wanita cantik.
Malam Jumat menyengat,
Malam ini menjadi
Malam penuh mimpi
Bertemu Sang bidadari. (2.11.08)
Malam ini aku berdiri di ujung pintu surgamu
Mencoba meraba menembus ujung jantungmu,
Melayang sayang,
Menyencang kencang ,
Membidik melirik wanita cantik.
Malam Jumat menyengat,
Malam ini menjadi
Malam penuh mimpi
Bertemu Sang bidadari. (2.11.08)
Bayangan Malam
Malam-malam begini ingat kamu
Semangat dan kembangkan cita-citamu
Kuantar hingga ke ujung harapan sejati
Buktikan kau semakin mandiri
Malam-malam begini ingin mencari
Untaian doa dan puji
Terpatri untuk kasih
Setiaku sendiri
Bahwa senyum sapamu terukir
Hingga di akhir pikir.
Bahwa hingga kapan pun
Akukan buktikan memorimu
Tiada hilang hingga usang (2.11.08)
Semangat dan kembangkan cita-citamu
Kuantar hingga ke ujung harapan sejati
Buktikan kau semakin mandiri
Malam-malam begini ingin mencari
Untaian doa dan puji
Terpatri untuk kasih
Setiaku sendiri
Bahwa senyum sapamu terukir
Hingga di akhir pikir.
Bahwa hingga kapan pun
Akukan buktikan memorimu
Tiada hilang hingga usang (2.11.08)
Mentari terus berjalan
Mentari terus berjalan
Menuju tempat peraduan
Sungguh enak engkau dipandang
Hati sedih jadi berdendang
Sedih pun sirna
Memandang kau penuh warna
Tangis berganti tawa
Mengiring datangnya senja (1.11.08)
Menuju tempat peraduan
Sungguh enak engkau dipandang
Hati sedih jadi berdendang
Sedih pun sirna
Memandang kau penuh warna
Tangis berganti tawa
Mengiring datangnya senja (1.11.08)
Ingat kamu
Sore ini ingat kamu
Bahwa keyakinan untuk saling menyapa
Akan memperpanjang nyawa.
Kemauan untuk saling menderita
Adalah komitmen kita.
Tidaklah ada kesempurnaan sejati,
kecuali Pencipta bumi.
Tidak ada penyanjung hati setiap hari
kecuali penulis ini.
Seandainya mentari dapat berkata
jangan kau tinggalkan aku duka.
Seumpama bulan dapat tersenyum
aromamu menyencang kenang di kulum (30.10.08)
Bahwa keyakinan untuk saling menyapa
Akan memperpanjang nyawa.
Kemauan untuk saling menderita
Adalah komitmen kita.
Tidaklah ada kesempurnaan sejati,
kecuali Pencipta bumi.
Tidak ada penyanjung hati setiap hari
kecuali penulis ini.
Seandainya mentari dapat berkata
jangan kau tinggalkan aku duka.
Seumpama bulan dapat tersenyum
aromamu menyencang kenang di kulum (30.10.08)
Malam
Malam pergi
tinggalkan mimpi
Berganti pagi
menyapa hari
Pagiku datang
Membawa semangat jiwa
Di dalam dada
Buat hari jadi sempurna (29.10.08)
tinggalkan mimpi
Berganti pagi
menyapa hari
Pagiku datang
Membawa semangat jiwa
Di dalam dada
Buat hari jadi sempurna (29.10.08)
Langganan:
Postingan (Atom)