Derita
Selama jiwa masih bersih
Rasa kasih tiada tersisih
Selama hati terbalut lumpur
Rasa syukur hancur melebur
Aku menahan menapak di atas seribu duri
Kau kusanjung kupuji setiap hari
Namun, tiada terasa suka gembira
Lontaran kata tak tertata semakin nyata
Bahwa ketika kau bersumpah akan mandiri
Aku akan mundur teratur
tak mau jatuh tersungkur (28.5.09)
Senja
Senja mengantarmu dalam cengkeraman iman
Malam menyapamu penuh pesona rasa
Bulan bintangku mengantar ke ruang peraduanmu
Hingga larut di dalam ujung mimpiku.
Ketika malam mulai kelam,
Doa pujiku mengendus tembus di ulu ranting-ranting nafas indahmu.
Ternyata sapa menyapa,
Hati berseri,
Menambah tabah dalam jiwa ini.
(8.6.09)
Pagi Sepi
Pagi sepi sendiri tiada mentari,
Angin dingin merintang lengang
Membuka duka menelan derita
Menahan beban membayang sayang.
Pagi ini hatiku sepi,
Menggores rasa menelan luka,
Suara ceria tiada
Sepatah kata pun sirna.
Senyemu meranum ingin kukulum,
Setitik cantik ucapmu ingin kupetik
Namun, tulus hatimu terhapus,
Tinggalkan kenangan sebal mengganjal
Ketika hati ini ingin memuji
Engkau semakin tinggi hati
Ketika aku ingin berkata,
Engkau semakin menebar duka
(10.10.09)
SEKERAT SUARA
Sekerat suara hati tersirat
Secoret kata hampa tertata
Meloncat cepat ingin mendekat
Mengisi puing-puing hati sepi
Meski kenari menari-nari
Meski gelatik cantik melirik
Namun, ranting-ranting rasaku rapuh meluluh
Menahan beban meratap gelap,
Kalbu seribu merindu
Ketika rasa gembira terjaga
Terasa bahagia di taman surga
Ketika pujaku setia menunggu
Hasrat kuat ingin menyatu.
(24.6.09)
Senja tiba
Senja tiba menyiksa rasa,
Rinduku membelenggu kalbu,
Menerawang kenang di balik petang,
Menyencang bayang mengenang kembang.
Berselimut kabut lembut membalut,
Menyiksa rasa menguras derita.
Saat senja tiba derita menyiksa sejuta rasa,
Bahwa hanya suaramu yang mampu meramu,
Bahwa hanya tulisan yang bisa mengesan (24.07.09)