Pahlawan sejati

Mementum seratus tahun Kebangkitan Nasional ini
Tekat kuat terukir dalam jiwa kembali
meski Bumi Pertiwi merintih menangis lirih
harus tetap tegar mandiri
mengukir, mengabdi negeri
saling menghargai

Ketika nahkoda sedang tergoda
ketika negeri sedang diuji
jangan engkau kotori
Waktumu kau habisi untuk demonstrasi caci-maki
negeri ini butuh solusi
negerimu menunggu menanti bakti setiamu

Berjuang bukanlah untuk maju perang
belajar, bekerja, berkarya sama dengan angkat pedang
Pejuang sejati bukan angkat senjata
mengancam dan membinasakan cita-cita
Pejuang sejati tak pernah ingkar janji

Pahlawan bukanlah pegawai negeri berdasi
Pahlawan bukanlah anggota DPR yang korupsi
Pahlawan bukan pemimpin yang menyakiti
mengingkari, obral janji
Pahlawan sejati adalah penyejuk hati
tulus berbakti rela mengabdi

Saman si tukang tambal ban sepeda
Juminten si bakul sayur keliling kota
Sastro petani utun pembajak sawah yang tak pernah lelah
Mijan pengamen murahan di simpang jalan
Adalah pahlawan sejati yang rela mati
untuk mendapatkan sesuap nasi.

(14.5.08)

(Puisi ini pernah diikutsertakan dalam acara lomba baca dan cipta puisi di tingkat Provinsi tanggal 15 Mei 2008)