Pentingnya sastra bagi generasi muda
Sayangnya, buat kita bangsa Indonesia, sastra dan kesenian nyatanya kian terpinggirkan dari kehidupan berbangsa. Padahal, kita adalah bangsa yang berbudaya. Dalam dunia pendidikan sastra dianggap hafalan belaka. Siswa mengenal novel-novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan sebagainya hanya karena mereka “terpaksa” atau mungkin “dipaksa” menghafal beberapa sinopsis dari beberapa karya yang benar-benar singkat yang ada dalam buku pelajaran, yang mereka khawatirkan muncul ketika ujian.
Akibatnya bagi siswa, sastra hanyalah aktivitas menghafal, mencatat, ujian, dan selesai. Metodenya hampir sama dari tahun ke tahun, dari generasi kegenerasi. Sehingga, minat terhadap dunia sastra benar-benar tak terlintas di benak kebanyakan generasi kita.
Fenomena semacam itu semakin parah melanda generasi muda di daerah-daerah, terutama daerah pedalaman. Walaupun begitu, tak bisa dipungkiri, itu juga melanda generasi muda di perkotaan.
Beberapa waktu lalu penulis sempat berbincang-bincang dengan seorang guru bahasa Indonesia sebuah sekolah favorit di Pamekasan, Madura, di sebuah warung kopi sebelah rumah. Iseng-iseng, penulis bertanya tentang perkembangan sastra siswa-siswinya. Dan jawabannya sungguh mengejutkan, “Yach, menurut saya, yang terpenting bagi mereka adalah mampu menjawab soal-soal UAN yang berkenaan dengan sastra. Sebab, malu rasanya jika nilai Bahasa Indonesia jeblok.” Sangat ironis jawaban seperti itu.
Selang beberapa waktu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan guru bahasa Indonesia itu, terjadi peristiwa yang mengejutkan di Pamekasan. Ada tawuran antarpelajar, atau tepatnya tawuran antarkelas, yang dilakukan oleh beberapa siswa dari sekolah terfavorit di Pamekasan. Namun, entah karena apa, peristiwa ini tidak diekspose oleh media massa, koran lokal sekalipun. Padahal, dalam tawuran itu dua orang siswa harus dirawat intensif di RSUD Pamekasan.
Tentu saja, terjadinya tawuran tersebut, kesalahan tak bisa dilimpahkan sepenuhnya pada siswa. Sekolah pun mestinya memiliki tanggung jawab penuh untuk merefleksi diri mengapa tawuran antarpelajar sering terjadi akhir-akhir ini. Sebab, ada kemungkinan kesalahan dalam mendidik dan memberikan metode pendidikan. Dan salah satunya jelas karena kurangnya pengayaan terhadap sastra.
Sastra adalah vitamin batin, kerja otak kanan yang membuat halus sikap hidup insani yang jika benar-benar dimatangkan, akan mampu menumbuhkan sikap yang lebih santun dan beradab.
Tentu akan lain ceritanya jika sekolah lebih mengembangkan sastra kepada siswa-siswinya. Ambil contoh kecil, misalnya, pengembangan berpuisi. Selain keseimbangan olahjiwa, kepekaan terhadap lingkungan yang memiliki unsur-unsur keindahan, siswa akan semakin mengerti tentang hakikat dan nilai-nilai kemanusiaan. Jiwa kemanusiaan semakin tebal, maka jiwa-jiwa kekerasan yang ada dalam diri manusia akan tenggelam dengan sendirinya. Sebab, jarang sekali puisi dan kekerasan tampil dalam tubuh kalimat yang sama.
Terkait dengn itu, beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa ternyata berpuisi—sebagai salah satu bagian dari sastra—selain mampu memanagemen stress, yang notabene pemicu dari lahirnya tindak kekerasan, juga memberikan efek relaksasi serta mencegah penyakit jantung dan gangguan pernafasan (Hendrawan Nadesul, Kompas, 23/07/04).
Maka, tak bisa lagi kita mengelak dengan mengatakan bahwa sastra hanyalah permainan kata-kata. Kata-kata yang dibolak-balik, diakrobatkan, diliuk-liukan diudara imajinasi agar terkesan ngeh, indah, dan bersahaja bagi siapa saja yang membacanya. Sebab, ternyata dari hasil penelitian di atas, sastra mampu menduduki posisi sebagai terapi alternatif terhadap beberapa penyakit.
Sehingga, menjadi wajar bahwa penulis di sini sangat menekankan untuk sekolah-sekolah terus-menerus memberikan waktu yang lebih banyak pada siswanya untuk melatih imajinasi melalui karya-karya sastra baik itu puisi, cerpen, teater, maupun drama. Sebab, selain untuk memupuk minat terhadap sastra dan mengembangkan imajinasinya sebagai penunjang pengetahuan yang lainnya, diharapkan juga nantinya mampu melahirkan para budayawan dan sastrawan terkenal sebagai pengganti “pendekar” sastra pilih tanding yang tidak produktif lagi karena usia dan satu per satu telah meninggalkan kita. Sebut saja Hamid Jabbar, Muchtar Lubis, dan Pramudya Ananta Toer.
Caranya adalah sekolah harus membuka lowongan pekerjaan untuk seniman-seniman profesional yang cenderung urakan di mata masyarkat untuk menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai pengganti dari guru bahasa Indonesia lulusan universitas yang selalu terikat dengan kurikulum sehingga kebanyakan dari mereka tak mampu mengembangkan minat sastra pada siswa-siswinya. Bisa juga dengan memberikan waktu khusus untuk para seniman, sastrawan muda berbakat untuk memberikan pelajaran sastra.
Nah, kalau tidak segera digagas mulai sekarang, kapan lagi kita akan mampu melestarikan kesusastraan kita yang besar dan unik itu, serta siapa yang akan menggantikan generasi tua?
Ditulis oleh hafidzi di/pada 14 September 2006

Nama Lengkap
Drs. Medi Widada, M.Hum
Sekolah
SMA Negeri 1 Cawas, Klaten
Jabatan
Guru Pembina Tk1
Pangkat dan Golongan
Pembina Tk1 / IVb
Tempat, Tanggal Lahir
Klaten, 14 Mei 1959
Alamat Rumah
Banjareja, Kedungampel,Cawas,Klaten,Jawa Tengah
Telp.
(0272) 897980 / 081548325687
E-mail
mediwidada@gmail.com
mediwidada@ymail.com
Nama Istri
Endang Purwanti,S.Pd
Anak
Endi Rafid Nusantara
Cesar Bagas Prastawa
1. SD - 1971 Negeri
2. SMP - 1974 Negeri
3. SLTA SPG Pendidikan Guru 1977 Negeri
4. Perg. Tinggi D1,D2 IKIP Bahasa Indonesia 1980 IKIP Yogya
5. S1 / D4 IKIP Bahasa Indonesia 1990 IKIP YP Klaten
6. S2 Megister Linguistik 2006 UNS
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. Prajabatan 21 Hari 1984 Kanwil Yogya
2. MGMP 90 Jam 1997 Kandep Klaten
3.PKG 152 Jam 1998 Kanwil Semarang
4. MGMP 90 Jam 1998 Kandep Klaten
5. Diskusi Ilmiah 1 Hari 1998 SMA Taruna Nusantara Magelang
6. MGMP 90 Jam 1999 Kandep Klaten
7. PKG 120 Jam 2000 Kanwil Semarang
8. MGMP 90 Jam 2000 Kandep Klaten
9. Work Shop 86 Jam 2003 Sekolah Cawas
10. Pelatihan Peningkatan. mutu 32 Jam 2003 Kandep Klaten
11. MGMP 54 Jam 2006 Kandep Klaten
12. Penulis Naskah 42 Jam 2005 Kanwil Semarang
13. Pelatihan Sastra 44 Jam 2005 Kanwil Semarang
14. Peningkatan Pemahaman Bahasa Indonesia 40 Jam 2005 Kanwail Semarang
15. Peningkatan Pemahaman Bahasa Indonesia 40 Jam 2003 Kanwil Semarang
PERTEMUAN ILMIAH
1. Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia Peserta September 2006 Nasional
2. Semiloka Pengembangan Kurikulum Inti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Peserta September 2006 Nasional
3. Seminar Nasioanl Pengembangan Kompetensi dan Sertifikasi Guru Bahasa Peserta April 2006 Nasional
4. Seminar Nasional Semantik Peserta Agustus 2004 Nasional
5. Diskusi Panel Peningkatan Tenaga Kependidikan dalam Rangka Otonomi Daerah Panitia Januari 2002 Regional
6. Seminar Kebahasaan dan Kesastraan Peserta November 1999 Regional
7. Lokakarya/Seminar Sastra Peserta November 1999 Regional
8. Seminar Sastra Indonesia dan Pengajarannya Peserta Mei 1998 Regional
9. Lokakarya Teknik Menulis Kreatif di Surat Khabar Peserta Agustus 1993 Regional
10. Seminar Sehari Menumbuh-kembangkan Jiwa Kepemimpinan Peserta Juli 1992 Regional
11. Seminar Kebahasaan dan Kesusasteraan Peserta Oktober 1993 Regional
12. Seminar Bulan Bahasa Peserta November 1993 Regional
ORGANISASI
1. PGRI Anggota 1984- sekarang Klaten -
2. KORPRI Anggota 1984- sekarang KLaten -
3. Pramuka Pengurus Kwaran 1990- aekarang Klaten -
4. MGMP SMA Pengurus 2006-sekarang Klaten Drs. Sutardi
5. Karangtaruna Pembina Musik Kroncong 1998-sekarang Klaten
6. LKMD Seksi Pendidikan 2005-sekarang Klaten
7. POKJAR Ketua Pokja 2000-sekarang Klaten
KARYA-KARYA AKADEMIK
1. Keterpaduan dalam Wacana Buku Pelajaran Kelas X untuk SMA 2006 Peneliti -
2. Pendekatan Praktis-Aktif dalam Pembelajaran Sastra Prosa Kelas XII SMA Negeri 1 Cawas Kab. Klaten 2006 Peneliti LPMP Jateng
3. Peranan Pembiasaan Sopan Santun Terhadap Pembentukan Perilaku Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cawas 2005 Peneliti -
4. Analisis Penanda Kohesi Subtitusi dalam Karangan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cawas 2005 Peneliti
5. Studi Kemampuan Mengarang Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cawas Kab. Klaten TP 2003/2004 2004 Peneliti
KARYA TULIS
1. Cerpen Memori Pagi Hari 2006 Malalah Talenta
2. Penerapan KK,94 dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMU Cawas 2003 Boletin Wiyatatama
PENGHARGAAN
1. Juara I Lomba Mengarang Buku Bacaan Kategori SMA/SMK 2006 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Klaten
2. Juara II Lomba Mengarang Buku Bacaan Kategori SLTP/MTs 2003 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Klaten
3. Penghargaan Lencana Pancawarsa 2006 Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
4. Juara I Lomba Baca dan Cipta Puisi guru SLTA se-Kabupaten Klaten 2006
5. Juara I Guru Berprestasi tingkat SMA se-Kabupaten Klaten 2007
6. Penghargaan Pancawarsa gerakan Pramuka